Produksi 14,41 juta ton batubara di kuartal I-2020, ini kondisi bisnis batubara Adaro



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan tambang batubara PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mampu memproduksi batubara sebanyak 14,41 juta ton pada kuartal I-2020 atau meningkat 5% (yoy) dibandingkan kuartal I-2019 yakni 13,75 juta ton.

Batubara tersebut diproduksi oleh anak usaha ADRO yakni PT Adaro Indonesia, Balangan Coal Companies, Adaro MetCoal Companies, dan PT Mustika Indah Permai.

Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) disebutkan, ADRO dapat mencapai produksi dan keunggulan operasional dengan baik di musim hujan yang lebih tinggi daripada biasanya.


Kendati demikian, perusahaan ini mencatatkan pengupasan lapisan penutup sebanyak 49,77 juta bank cubic meter (bcm) di kuartal I-2020 atau turun 19% (yoy). Hal ini sejalan dengan panduan ADRO untuk menurunkan nisbah kupas di tahun 2020.

Baca Juga: Harga batubara masih suram, dua emiten tambang ini bisa jadi pilihan

Sementara itu, penjualan batubara ADRO mencapai 14,39 juta ton di kuartal I-2020 atau meningkat 8% (yoy) dibandingkan kuartal I-2019 sebesar 13,35 juta ton. Volume penjualan tersebut sudah termasuk 0,31 juta ton batubara kokas keras dari tambang Lampunut AMC dan 0,16 juta ton batubara termal dari Mustika Indah Permai.

Mayoritas penjualan batubara ADRO di kuartal I-2020 adalah kawasan Asia Tenggara dengan porsi 47% dari total volume penjualan. Kemudian diikuti oleh Asia Timur sebanyak 22%, India 19%, dan China 10%. Indonesia dan Malaysia menjadi dua pasar terbesar ADRO di Asia Tenggara.

“Para pelanggan masih menyukai kandungan polutan rendah envirocoal selain keandalan pasokan yang diberikan perusahaan,” tulis manajemen ADRO dalam keterangan tertulis yang dikutip Kontan.co.id, Jumat (15/5).

Terkait pasar batubara termal, manajemen ADRO menjelaskan, tahun 2020 sebenarnya dibuka dengan cukup positif bagi pasar batubara termal di tengah aktivitas China yang meningkat sebelum Hari Raya Imlek.

Namun, kondisi pasar berubah seiring peningkatan signifikan jumlah kasus Corona di China yang kemudian melanda negara-negara lain di dunia sampai akhir kuartal I-2020. Pemerintah negara-negara ini mulai mengambil langkah untuk mengendalikan wabah tersebut yang berujung pada perlambatan aktivitas industri dan bisnis.

Hal ini lalu memberikan tantangan kepada pasar batubara termal karena kondisi tersebut berdampak pada penurunan permintaan batubara untuk pembangkit listrik. Di China, misalnya, pembangkit listrik tenaga batubara termal mengalami penurunan 7% (yoy) di kuartal I-2020.

Kombinasi serangan makro, permintaan yang lemah, dan penurunan harga minyak dan gas, memberikan tekanan terhadap harga batubara tersebut.

“Namun, masih ada peluang pertumbuhan di Asia Tenggara dengan Vietnam yang diperkirakan akan memimpin pertumbuhan pada tahun 2020,” ungkap manajemen ADRO.

ADRO tetap yakin dengan fundamental jangka panjang pasar batubara termal karena wilayah seperti Asia Tenggara dan Asia Selatan terus berupaya untuk mengembangkan sektor ketenagalistrikan.

Baca Juga: Kinerja turun di kuartal pertama, saham Adaro Energy (ADRO) masih bisa dilirik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat