Produksi alat berat turun 18,47% kuartal III, Hinabi buka kemungkinan revisi target



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah industri alat berat terasa berat tahun ini. Pasalnya, angka realisasi produksi alat berat di kuartal III tidak sebaik tahun sebelumnya.

Merujuk kepada data Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi), produksi alat berat tercatat sebanyak 4.688 unit dengan rincian 4.210 unit Hydraulic Excavator, 371 unit Bulldozer, 58 Dump Truck, dan  49 unit Motor Grader.

Baca Juga: Bisnis Mold & Dies Lokal Bakal Bertumbuh Seiring Kebutuhan Manufaktur premium


Padahal, realisasi produksi alat berat tercatat mencapai 5.750 unit pada periode yang sama di tahun lalu. Apabila dihitung-hitung  realisasi produksi alat berat mengalami penurunan hingga 18,47% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Ketua umum HINABI, Jamaludin menjelaskan bahwa penurunan produksi alat berat tahun ini dipicu oleh faktor komoditas harga.

Apabila ditelisik, harga komoditas seperti misalnya batu bara memang sempat tertekan pada sepanjang kuartal III tahun ini. Sebagaimana yang telah dimuat dalam pemberitaan Kontan.co.id (3/10), harga batubara tercatat mengalami penurunan sebesar 1,17% sepanjang kuartal III 2019.

Baca Juga: Per September 2019, serapan capex sejumlah emiten masih on track

Padahal, sektor pertambangan atau mining memiliki kontribusi yang cukup besar dalam menyerap suplai alat berat dalam negeri. Pada tahun lalu misalnya, Jamaluddin mengatakan bahwa porsi kontribusi sektor pertambangan mencapai 40% dari total serapan pasar di tahun 2018.

Sementara itu, sektor lainnya memiliki kontribusi tidak lebih dari 30% dengan komposisi sektor konstruksi sebesar 30%, perkebunan 15%, dan kehutanan 15%.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, kontribusi sektor pertambangan dalam angka penyerapan alat berat turun menjadi sebesar 30% di kuartal III 2019. Sebaliknya, kontribusi sektor konstruksi justru meningkat menjadi 40% dalam total serapan alat berat di kuartal III 2019.

Baca Juga: Volume Penjualan Alat Berat Intraco Penta (INTA) Merosot 31%

Sayangnya, Jamaluddin menilai peningkatan porsi sektor konstruksi dalam serapan alat berat masih belum bisa mendongkrak realisasi produksi tahun ini. “Demand-nya tetap tidak sebesar tahun lalu,” jelas Jamaluddin kepada Kontan.co.id (30/10).

Dengan adanya kondisi yang seperti ini, Jamaluddin mengatakan bahwa target produksi tahun ini sulit untuk dicapai. “Bisa sampai 6.000 unit saja sudah bagus,” tutur Jamaluddin.

Oleh karenanya, HINABI membuka kemungkinan untuk merevisi target produksi alat berat untuk tahun ini. Namun demikian, Jamaluddin mengaku belum bisa membeberkan berapa revisi target yang ingin dikejar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto