BOYOLALI. Direktur Jenderal (Dirjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita, mengatakan, produksi ayam ras nasional di Indonesia sekarang masih mengalami surplus. "Hal ini, karena konsumsi masyarakat terhadap daging ayam masih sekitar 10 kilogram/kapita/tahun," kata I Ketut Diarmita, di sela kunjungannya di pabrik daging ayam olahan PT Cahaya Gunung Foods Plant di Randusari, Desa Nepen Teras Boyolali, Kamis (9/2). Pabrik daging ayam olahan PT Cahaya Gunung Foods Plant di Boyolali tersebut merupakan produk "nugget" sejak 2015 hingga sekarang akan melayani pasar ekspor Ke Jepang. Pabrik di Boyolali itu, kini sedang diaudit dari Kementerian Pertanian Jepang.
I Ketut Diarmita mengatakan produk pangan asal unggas masih menjadi bahan pangan yang sangat diminati oleh masyarakat luas bukan hanya di Indonesia, tetapi juga hampir di semua negara di dunia. Menurut I Ketut Diarmita karena produk unggas memiliki kandungan gizi yang baik, rasa yang lezat, harga relatif terjangkau, mudah didapat dan diterima oleh semua lapisan masyarakat dengan latar belakang beragam. Ia menjelaskan, berdasarkan data statistik peternakan 2016, populasi ayam ras pedaging (
broiler) mencapai 1,59 juta ekor, ayam ras petelur (layer) mencapai 162 ribu ekor, dan ayam bukan ras (buras) mencapai 299 ribu ekor atau mengalami peningkatan sekitar 4,2 % dari populasi tahun sebelumnya. Produksi daging unggas menyumbang sekitar 83 % dari penyediaan daging nasional, sedangkan produksi daging ayam ras menyumbang 66 % dari penyediaan daging nasional. Menurut dia, berdasarkan informasi dari masyarakat perunggasan, industri perunggasan ayam di Indonesia dapat menyediakan produksi daging ayam ras berapa pun jumlah yang diminta oleh pasar. Oleh karena itu, peningkatan populasi ayam ras tersebut harus diimbangi dengan seberapa besar kebutuhan atau permintaan untuk menghindari terjadinya penurunan harga akibat 'over supply' daging ayam. Menurut dia, kendala yang dihadapi oleh masyarakat perunggasan di Indonesia sekarang adalah harga ayam hidup dan daging ayam sangat berfluktuasi. Oleh karena itu, lanjut dia, salah satu upaya untuk mengendalikan harga tersebut dengan membuka pasar di luar negeri melakukan ekspor. "Kita berharap para pelaku industri perunggasan dapat menjual produk daging ayamnya ke pasar di luar negeri, sehingga pasar lokal dapat diisi oleh peternakan unggas rakyat," katanya. Head of Manufacturing Operation PT So Good Food (SGF), Asrul Ointu, mengatakan, SGF pada prinsipnya siap untuk melakukan ekspor ke luar negeri.
Asrul Ointu mengatakan SGF Boyolali Value Added Meat beroperasi Januari 2015, dengan produk yang dihasilkan yakni produk olahan siap saji atau "fully cooked". Perusahaan tersebut, kata dia, menyerap tenaga kerja sebanyak ratusan orang beroperasi tiga shift per hari. SGF proses join operasional dengan PT. Cargill Foods Indonesia membentuk perusahaan baru dengan nama PT Cahaya Gunung Foods di Boyolali ini. Asrul Ointu mengatakan pihaknya selain memproduksi olahan daging ayam PT SGF saat ini juga sedang mempersiapkan untuk mengekspor susu cair Real Good ke Myanmar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto