Produksi batubara INDY masih ditopang Kideco



JAKARTA. Pada semester I-2013, PT Indika Energy Tbk (INDY) mampu memproduksi batubara sebanyak 19,53 juta ton. Angka produksi ini naik sebesar 9,21% dari produksi batubara pada semester I tahun 2012 lalu yang hanya sebesar 17,73 juta ton.

Produksi batubara INDY tersebut disumbang oleh produksi pada dua tambang batubara yang dikelola anak perusahaan yang sudah beroperasi, yakni PT Kideco Jaya Agung dan PT Santan Batubara. Dari produksi keduanya, Kideco menjadi penopang produksi utama bagi INDY.

Pada semester I-2013, Kideco menyumbang produksi sebanyak 18,6 juta ton atau naik sekitar 11,3% dari produksi batubara Kideco pada periode yang sama tahun lalu yang hanya 16,7 juta ton. Sementara itu Santan Batubara memproduksi sebanyak 930.000 juta ton atau turun 9,7% dari produksi pada periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 1,03 juta ton.


Senior Manager External Communications INDY, Imelda Triana menyatakan, produksi tambang batubara Kideco masih mendominasi total produksi batubara perusahaan. "Produksi batubara Kideco yang naik dikarenakan kualitas batubara hasil produksi Kideco sesuai dengan kebutuhan pasar," ungkap dia kepada KONTAN lewat surat elektronik.

Meskipun produksi batubara Kideco meningkat, kata Imelda, harga batubara INDY turun signifikan pada semester I tahun 2013. Rata-rata harga penjualan batubara Kideco turun dari US$ 72,11 per ton pada tahun 2012 lalu menjadi US$ 60,38 per ton pada tahun 2013.

Supaya mengimbangi penurunan harga batubara, menurut Imelda, INDY terus melakukan beberapa penyesuaian. Misalnya, perusahaan itu meninjau ulang komitmen keuangan terkait belanja modal. Selain itu, mereka juga melakukan efisiensi pada perbandingan antara volume atau tonase tanah penutup dengan volume atau tonase batubara pada areal yang akan ditambang alias stripping ratio.

Sementara itu, hingga semester I tahun 2013, INDY telah merealisasikan belanja modal sebesar US$ 44 juta atau 43,73% dari total belanja modal perusahaan pada tahun 2013 sebanyak US$ 78,2 juta.

Habis US$ 44 juta

Imelda mengatakan, belanja modal sebesar itu digunakan untuk perawatan kapal, pembelian spare part, dan komponen, serta pembangunan gedung. Sebelumnya, Direktur Utama Indika Wisnu Wardhana mengatakan belanja modal tersebut akan digunakan untuk ekspansi pada aset yang baru diakuisisi, yaitu PT Multi Tambangjaya Utama (MTU), terutama untuk pembangunan jalan dan pelabuhan.

Pada Februari 2012 lalu, INDY mengambil alih 85% saham dan hak pemasaran batubara di MTU. Nilai akuisisi itu sebesar US$ 132 juta. MTU memiliki konsesi lahan di kawasan Barito, Kalimantan Tengah, dengan luas 24.970 hektare (ha) hingga tahun 2039 mendatang.

Saat ini, MTU masih dalam proses pengurusan izin pinjam pakai kawasan hutan dari Kementerian Kehutanan, sehingga hingga kini belum berproduksi. Sedangkan sebagian kecil belanja modal akan digunakan untuk pengadaan perlengkapan dan peralatan pertambangan.

Namun, kata Wisnu, alokasi untuk perlengkapan ini sangat kecil. Sebab, pada tahun 2012 lalu, anak usaha INDY lainnya, yakni PT Petrosea Tbk dan PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk sudah berbelanja perlengkapan secara besar-besaran. Belanja modal sebesar itu kata Wisnu berasal dari kas internal perusahaan.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini