Produksi batubara naik tahun ini, begini dampaknya bagi perusahaan jasa tambang



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meningkatnya target produksi batubara di tahun ini memberikan dampak yang bervariasi bagi perusahaan jasa pertambangan.

PT United Tractors Tbk (UNTR) mengakui, kenaikan target produksi batubara di tahun ini tidak memberikan dampak bagi perusahaan karena rencana produksi pihak klien tidak berubah.  

Sara K. Loebis, Sekretaris Perusahaan PT United Tractors Tbk (UNTR) mengatakan rencana produksi dari klien PT Pampersada Nusantara (PAMA) atau pemilik tambang tidak berubah. 


"Sehingga kurang lebih produksi akan sama seperti tahun lalu," jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (12/9). 

Sebagai gambaran, melansir laporan UNTR di Desember 2020, produksi batubara Pamapersada di tahun lalu sebesar 114,6 juta ton dan overburden 825 juta bcm. 

Baca Juga: Begini strategi perusahaan batubara di tengah harga yang terus menanjak

Sampai dengan semester I 2021, , PAMA membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 15,4 triliun atau naik 3% dibandingkan periode yang sama tahun 2020. 

PAMA mencatat peningkatan volume produksi batu bara sebesar 3% dari 56,0 juta ton menjadi 57,6 juta ton, namun volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) turun sebesar 3% dari 421,0 juta bcm menjadi 409,1 juta bcm.

Arief Novaldi,  Sekretaris Perusahaan PT SMR Utama Tbk (SMRU) mengatakan saat ini pihaknya tidak menerima  tambahan pekerjaan.  "Produksi sesuai dengan target awal yang ditetapkan pemilik tambang," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (10/9). 

Di tahun ini, Arief mengakui pihaknya mendapati satu tantangan yakni curah hujan yang tinggi di Kalimantan Timur sehingga akan berpengaruh pada target overburden di tahun ini. 

"Tahun ini mungkin akan sedikit kurang dari 27 juta bcm karena ada kendala curah hujan yang tinggi," kata Arief. 

Selain karena kondisi cuaca, pihaknya mengakui pandemi Covid-19 dan peremajaan alat-alat menjadi tantangan yang harus dihadapi di sepanjang tahun ini. 

Ahmad Zaki Natsir, Kepala Hubungan Investor PT Samindo Resources Tbk (MYOH) memaparkan, sebagian besar perusahaan batubara baru merevisi RKAB-nya di pertengahan tahun. 

"Kenaikan volume yang dilakukan pun masih dalam tahap wajar sehingga belum terlalu banyak perubahan dari sisi kontraktor," jelasnya saat dihubungi terpisah. 

Kendati ada perubahan aktivitas pertambangan, Zaki mengatakan harga per ton atau per bcm tidak berubah karena telah ditentukan sejak awal. 

Di sepanjang tahun ini, MYOH melihat prospek bisnis batubara yang sangat baik. Zaki bilang, China juga masih mengutamakan impor untuk batubara dan perlahan perekonomian dunia mulai pulih sehingga konsumsi energi semakin meningkat. "Di tahun ini kami targetkan overburden 36 juta bcm," tandasnya. 

Baca Juga: Harga batubara diramal masih membara, ini rekomendasi saham Indo Tambangraya (ITMG)

Beberapa waktu lalu, Regina Korompis, Head of Investor Relations PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), mengatakan kenaikan harga batubara akan memberikan dampak positif secara bertahap terhadap kinerja DOID di sepanjang tahun ini. Tentu peningkatan volume produksi juga diiringi dengan cuaca yang mendukung aktivitas pertambangan. 

Khusus di bulan Juni 2021 DOID mencatatkan kenaikan overburden dan volume produksi batubara. Perinciannya, overburden sebesar 19,6 juta bcm atau tumbuh 1% yoy dan produksi batubara 4,6 juta ton atau tumbuh 23% yoy. Adapun jika dibandingkan dengan Mei 2021, terjadi kenaikan overburden hingga 28% dan volume produksi sebesar 19%.

"Volume terus meningkat dan mulai mengikuti pemulihan harga batubara. Kami memproyeksikan peningkatan ini akan berlanjut hingga akhir tahun ini," jelasnya. 

Untuk mendukung katalis positif kenaikan harga batubara, DOID telah menyiapkan capex untuk sejumlah keperluan. Regina memaparkan DOID mengalokasikan belanja modal senilai US$ 150 juta sampai dengan US$ 200 juta. 

"Belanja modal digunakan untuk penambahan volume kontrak Bayan, pemeliharaan dan penundaan dari tahun lalu," ujarnya. 

Selanjutnya: Indo Tambangraya Megah (ITMG) serap belanja modal US$ 4,8 juta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi