Produksi bawang merah tahun ini diramal stabil



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini produksi bawang merah diperkirakan akan stabil yakni sekitar 1,4 juta ton. Pasalnya, saat ini tidak ada hal-hal yang mempengaruhi produksi bawang merah.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Ikhwan Arif mengatakan, meski saat ini kondisi cuaca tidak baik, belum menggangu produksi bawang merah. Apalagi, menurutnya bawang merah tidak membutuhkan lahan yang luas. Dia bilang, lahan tanam bawang putih hanya berkisar 140.000 hektare. Pasalnya, produktivitas bawang putih bisa mencapai 10 ton per ha.

Tak hanya itu, wilayah yang memproduksi bawang merah pun tersebar di berbagai wilayah yang masa tanamnya berbeda-beda, sehingga kebutuhan bawang masih terpenuhi.


Produksi bawang tersebut masih sangat cukup memenuhi kebutuhan produksi konsumsi nasional dalam negeri. Dia mengatakan kebutuhan dalam negeri berkisar 1 juta hingga 1,2 juta ton per tahunnya.

Menurut Ikhwan, karena harga bawang merah sempat membaik dalam beberapa waktu yang lalu banyak petani yang beralih menanam bawang. Apalagi, masa tanamnya hanya membutuhkan waktu sekitar 2 bulan.

Ikhwan mengatakan, saat ini harga bawang merah di tingkat petani berkisar Rp 15.000 per kg. "Harga ini masih stabil, artinya petani tidak terpuruk juga tidak terlalu mahal. Petani masih untung karena harganya masih murah," ujar Ikhwan kepada Kontan.co.id, Kamis (22/2).

Ikhwan mengatakan, sampai saat ini pemerintah masih memberikan bantuan berupa benih dan alat dan mesin pertanian. Namun, dia berpendapat saat ini yang petani butuhkan adalah kestabilan harga bawang merah.

Dia bilang, harga bawang merah di Indonesia sempat menurun pada tahun lalu. Karena itu, pemerintah pun berupaya meningkatkan harga di tingkat petani dengan melakukan ekspor bawang. Namun, Ikhwan bilang ekspor tersebut tidak perlu berpengaruh. Pasalnya, jumlah yang diekspor sangat kecil dan permintaan bawang merah oleh negara lain tidak terlalu besar.

Kata Ikhwan, saat ini yang penting dilakukan adalah mengembangkan program pasca panen. "Kebutuhan maksimal 1,2 juta ton setiap tahunnya, ini berlebihan tetapi tidak ada yang menyerap, sementara pemerintah masih menganggap pentinganya pengembangan kawasan. Industrialisasinya yang harus dikembangkan supaya serapannya lebih tinggi," terang Ikhwan.

Lebih lanjut dia mengatakan, petani pun perlu diarahkan untuk berinvestasi. Dengan begitu, bila harga benih melonjak tinggi, upaya yang dilakukan tidak sebatas intervensi pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia