Produksi beras Thailand turun 14% akibat banjir, harga beras bakal terkerek naik



JAKARTA. Banjir terburuk dalam kurun waktu setengah abad terakhir yang melanda Thailand berpotensi menggerus produksi beras negara gajah putih ini sebesar 14%. Hal ini tentu berpotensi menurunkan ketersediaan beras global. Seperti di kutip Blomberg, Presiden C.P. Intertrade Co., produsen beras kemasan terbesar Thailand, Sumeth Laomoraphorn, mengatakan, The Thai export price, indeks pacuan global untuk harga beras diperkirakan akan meningkat 20% ke level US$ 750 per metrik ton pada Desember 2012. Badai tropis yang menghantam 62 dari 77 provinsi di Thailand telah menghancurkan 1,4 juta hektare (ha) lahan pertanian dan merusak 7 juta ton hasil pertanian. Angka itu sama dengan produksi 4,6 juta ton biji-bijian giling, dan satu juta ton lebih surplus tanaman pangan yang sebelumnya diprediksi oleh Departemen Pertanian AS akan terjadi sebelum bencana ini datang.Harga ekspor beras Thailand meningkat 13% ke level US$ 625 per ton pada tahun ini. Padahal, sebelum banjir menerjang, beras Thailand yang berkontribusi terhadap 70% pasokan dunia diperkirakan akan naik 3,3% mencapai rekor 25,1 juta ton pada tahun ini.Penurunan produksi ini tentu akan mengerek harga beras di dalam negeri. Maklum, Thailand memang selama ini menjadi salah satu negara tujuan impor beras terbesar Indonesia. Sutarto Alimoeso, Direktur Utama Perum Bulog, mengatakan, Indonesia sebagai salah satu konsumen terbesar beras Thailand berkontribusi terhadap pembentukan harga beras di pasar. Sehingga, pasokan yang berkurang di tengah permintaan yang terus naik tentu akan membuat harga beras terus naik.

Namun ia mengklaim, paling tidak hingga enam bulan ke depan, Indonesia masih memiliki stok beras yang cukup. Hingga kini Thailand pun belum menjelaskan secara gamblang bakal membatalkan impor beras yang sempat diributkan beberapa waktu lalu. "Mereka berencana akan melakukan negosiasi ulang impor beras karena ada pergantian pemerintahan, namun sampai sekarang belum ada pembicaraan lagi," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini