JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan, produksi beras nasional tahun ini hanya 65,39 juta ton. Angka tersebut lebih rendah ketimbang ketimbang tahun 2010. Penurunan produksi beras nasional ini tentu saja bisa mendongkrak harga dan memicu kenaikan inflasi.Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, harga beras jenis medium rata-rata nasional pada 1 November 2011 sebesar Rp 7.675 per kg. Harga ini lebih tinggi ketimbang harga rata-rata Oktober lalu yang sebesar Rp 7.591 per kg. Jika dibandingkan dengan harga rata-rata beras pada Januari 2011 lalu yang sebesar Rp 7.376 per kg, harga beras saat ini sudah melonjak tinggi. Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro menjelaskan, pemerintah tak terlalu khawatir dengan prediksi penurunan produksi ini. Menurutnya, jika produksi turun namun masih bisa memenuhi konsumsi dalam negeri, hal itu tidak akan ada masalah. "Toh, Bulog memiliki cadangan beras dan sebagian mungkin akan dipenuhi dari impor. Jadi yang terpenting pemenuhan kebutuhan saja," ujarnya Rabu (2/11).Menurutnya, jika stok beras di dalam negeri cukup, maka harga beras bisa terjaga dan pada akhirnya inflasi bisa terkendali.Dalam catatan BPS, pada Oktober lalu terjadi deflasi 0,12%. Emas perhiasan mengkontribusi deflasi sebesar 0,11%. Tapi di sisi lain, beberapa komoditas menyumbang inflasi, salah satunya adalah beras yang menyumbang inflasi 0,08%.Ekonom INDEF Bustanul Arifin mengatakan dengan prediksi angka ramalan produksi beras yang menurun, tentu saja konsekuensi yang harus ditanggung adalah akan terjadi kenaikan harga beras yang berujung pada kenaikan inflasi. "Secara siklus memang harga beras akan naik tinggi pada November sampai Januari, dan inflasi akan tinggi," katanya.Hanya saja, ia masih optimis, meski kenaikan harga beras ini akan memicu inflasi, tapi inflasi hingga akhir tahun ini masih akan berkisar 5%. Alasannya, "Inflasi November - Desember itu sebenarnya tidak terlalu liar, karena masih ada sisa-sisa panen. Paling Desember itu inflasinya sekitar 1%," kata Bustanul.Tapi, Bustanul bilang yang perlu diwaspadai adalah Januari karena sudah tidak ada panen sama sekali. Makanya, pemerintah harus mulai mengendalikan harga beras untuk mengantisipasi lonjakan kenaikan harga beras yang memicu inflasi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Produksi beras turun, pemerintah harus waspadai inflasi
JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan, produksi beras nasional tahun ini hanya 65,39 juta ton. Angka tersebut lebih rendah ketimbang ketimbang tahun 2010. Penurunan produksi beras nasional ini tentu saja bisa mendongkrak harga dan memicu kenaikan inflasi.Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, harga beras jenis medium rata-rata nasional pada 1 November 2011 sebesar Rp 7.675 per kg. Harga ini lebih tinggi ketimbang harga rata-rata Oktober lalu yang sebesar Rp 7.591 per kg. Jika dibandingkan dengan harga rata-rata beras pada Januari 2011 lalu yang sebesar Rp 7.376 per kg, harga beras saat ini sudah melonjak tinggi. Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro menjelaskan, pemerintah tak terlalu khawatir dengan prediksi penurunan produksi ini. Menurutnya, jika produksi turun namun masih bisa memenuhi konsumsi dalam negeri, hal itu tidak akan ada masalah. "Toh, Bulog memiliki cadangan beras dan sebagian mungkin akan dipenuhi dari impor. Jadi yang terpenting pemenuhan kebutuhan saja," ujarnya Rabu (2/11).Menurutnya, jika stok beras di dalam negeri cukup, maka harga beras bisa terjaga dan pada akhirnya inflasi bisa terkendali.Dalam catatan BPS, pada Oktober lalu terjadi deflasi 0,12%. Emas perhiasan mengkontribusi deflasi sebesar 0,11%. Tapi di sisi lain, beberapa komoditas menyumbang inflasi, salah satunya adalah beras yang menyumbang inflasi 0,08%.Ekonom INDEF Bustanul Arifin mengatakan dengan prediksi angka ramalan produksi beras yang menurun, tentu saja konsekuensi yang harus ditanggung adalah akan terjadi kenaikan harga beras yang berujung pada kenaikan inflasi. "Secara siklus memang harga beras akan naik tinggi pada November sampai Januari, dan inflasi akan tinggi," katanya.Hanya saja, ia masih optimis, meski kenaikan harga beras ini akan memicu inflasi, tapi inflasi hingga akhir tahun ini masih akan berkisar 5%. Alasannya, "Inflasi November - Desember itu sebenarnya tidak terlalu liar, karena masih ada sisa-sisa panen. Paling Desember itu inflasinya sekitar 1%," kata Bustanul.Tapi, Bustanul bilang yang perlu diwaspadai adalah Januari karena sudah tidak ada panen sama sekali. Makanya, pemerintah harus mulai mengendalikan harga beras untuk mengantisipasi lonjakan kenaikan harga beras yang memicu inflasi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News