Produksi biodiesel ETWA berkobar



JAKARTA. PT Eterindo Wahanatama Tbk berhasil mendongkrak produksi biodiesel kuartal pertama tahun ini. Jika tiga bulan pertama 2012 produksi biodiesel perusahaan ini sebanyak 13.819,7 metrik ton (MT), pada periode sama 2013 meningkat 33,3% menjadi 18.422 MT.

Bambang Suyitno, Investor Relations Eterindo mengatakan, produksi biodiesel naik karena permintaan terutama PT Pertamina melambung. "Order dari Pertamina mengalami peningkatan sehingga mempengaruhi produksi," katanya, Selasa (30/4).

Pada kuartal I-2013 emiten berkode ETWA ini berhasil merealisasikan penjualan biodiesel sebanyak 17.953 MT. Jumlah itu naik 32,7% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 13.531,5 MT. Dari total penjualan tersebut, 95% biodiesel produksi Eterindo dijual ke Pertamina dan sisanya dijual untuk industri.


Dari penjualan itu, Eterindo berhasil mengantongi laba operasional kuartal I-2013 sebesar Rp 21,9 miliar. Jumlah itu naik 21% dibanding kuartal I tahun lalu yang sebanyak Rp 18,1 miliar. Sementara perolehan laba bersih meningkat sebesar 2,1% dari Rp 11,5 miliar menjadi Rp 11,8 miliar.

Berharap kenaikan BBM

Awalnya, bisnis perusahaan Eterindo adalah perdagangan produk-produk kimia. Didirikan pada 1992, perusahaan ini melantai di bursa pada 1992. Setelah melakukan sejumlah diversifikasi, perusahaan ini sekarang berkecimpung dalam produksi biodiesel, perkebunan sawit, dan perdagangan kimia.

Dalam situs resminya disebutkan, selain pasar domestik Eterindo juga mengekspor produksi ke berbagai negara Asia Tenggara, China, India, Banglades, Timur Tengah, Jepang, Korea, Australia, dan Amerika Serikat. Dalam produksi biodiesel, perusahaan ini memiliki fasilitas pabrik di Gresik, Jawa Timur dengan kapasitas 140.000 MT.

Dari kapasitas terpasang, menurut Bambang, hingga akhir 2012 realisasi produksi  baru 70.000 ton per tahun. "Kami perkirakan pabrik bisa full capacity pada 2015 mendatang," katanya.

Untuk mengamankan pasokan bahan baku, pada 2010 perusahaan ini mengakuisisi dua perusahaan perkebunan sawit di Kalimantan Barat. Perkebunan memiliki total lahan 40.000 hektare (ha) dan lahan tertanam sekitar 24.000 ha. Pengembangan perkebunan sawit ditargetkan selesai 2015 dengan produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sekitar 130.000-160.000 MT per tahun.

Pada 2013, Eterindo menargetkan produksi biodiesel sebanyak 90.000 MT hingga 102.000 MT. Target produksi tersebut meningkat signifikan dibanding tahun lalu sebanyak 60.791 MT. Eterindo optimistis tahun ini pendapatan naik 50% dari Rp 1 triliun pada 2012 menjadi Rp 1,5 triliun. Dari pendapatan itu laba bersih diperkirakan naik dari Rp 38,5 miliar menjadi Rp 50 miliar.

Melihat permintaan yang terus naik, Bambang optimis produksi biodiesel kuartal II-2013 akan kembali meningkat 20%-25% dibanding kuartal sebelumnya. Permintaan didorong keinginan pemerintah untuk menghapuskan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Wacana kewajiban menggunakan BBN di sektor transportasi naik dari 7,5% menjadi 10%  juga akan meningkatkan permintaan. Seperti diketahui  distribusi BBM campuran biodiesel dan solar subsidi dilakukan oleh Pertamina.

Eterindo sangat berharap peningkatan volume penjualan, sebab dibanding tahun lalu harga rata-rata biodiesel Eterindo mengalami penurunan. Jika pada kuartal I-2012 penjualan biodiesel sebesar Rp 10.410.026,0 per MT, tahun ini turun 11,4% menjadi Rp 9.220.859,7 per MT. "Penurunan harga minyak mentah internasional, ikut mempengaruhi penurunan harga biodiesel," kata Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa