Produksi CPO London Sumatra diramal tak lebat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan produksi crude palm oil (CPO) PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) diperkirakan tumbuh tidak terlalu signifikan terhambat moratorium pembukaan lahan tanam baru.

Sepanjang kuartal II 2017 produksi CPO LSIP melonjak 26,1% qoq menjadi 107.700 ton dengan produksi Tandan Buah Segar (TBS) lebih tinggi 27% qoq mencapai 360.800 ton. Hingga September 2017 produksi CPO LSIP mencapai 288.205 ton. Andy Wibowo Gunawan Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia dalam riset Senin (30/10) memprediksikan pada kuartal IV 2017 produksi CPO LSIP akan turun menjadi 86.886 ton atau turun 19,3% karena diperkirakan masuk musim hujan yang bisa mengganggu operasi bisnis minyak kelapa sawit. Sementara, Analis Senior Henan Putihrai Sekuritas Yosua Zisokhi memproyeksikan untuk tahun 2018 produksi CPO LSIP bisa tumbuh 5%-7% karena diperkirakan El Nino dan La Nina berkemungkinan kecil terjadi. Prediksi angka pertumbuhan tersebut Yosua perhitungkan dengan melihat sedikitnya lahan baru LSIP. "Saat ini moratorium pembukaan lahan baru untuk CPO masih belum dicabut pemerintah,karena tidak bisa membuka lahan baru maka untuk 2018 produksi CPO LSIP hanya naik 5%-7%," kata Yosua, Selasa (31/10).

Lebih lanjut, Yosua menjelaskan ia juga tidak akan merubah perkiraan pertumbuhan produksi CPO LSIP karena meski moratorium sudah dicabut, perlu waktu empat tahun untuk menghasilkan CPO dari lahan baru. "Saat ini lahan immature tinggal 8,9 ribu hektar, sementara yang lahan mature 85.000, pada tahun 2018 yang akan mature tidak akan semuanya jadi, itu yang menyebabkan produksi CPO tidak terlalu naik signifikan," kata Yosua. Maka peluang LSIP untuk menggenjot kinerja adalah dengan memanfaatkan masa panen terdekat untuk memproduksi CPO dengan kualitas tinggi dan fokus melakukan replanting pada lahan yang sudah ada.


"Ketika moratorium dicabut ini juga bisa menjadi trigger untuk LSIP kembali melakukan ekspansi lahan tanam," kata Yosua. Selain itu kinerja LSIP juga didukung dengan harga CPO yang solid berada diatas RM 2.600 per metrik ton. Menurut Yosua ekonomi global dan Indonesia kedepan akan berangsur membaik dan memberikan sentimen positif pada harga CPO yang solid berada di atas RM 2.600 per metrik ton.

Bahkan, Yosua optimis saat peak season atau permintaan sedang tinggi harga CPO bisa menembus RM 2.900 per metrik ton. "Dengan harga CPO yang naik, produksi stabil, dan cuaca baik akan menambah pendapatan LSIP," kata Yosua. Rekomendasi Yosua untuk LSIP adalah buy di target harga Rp 1.710 per saham. Yosua memproyeksikan pendapatan LSIP pada 2018 bisa naik 6,5% menjadi Rp 4,8 triliun sedangkan laba bersih naik 5% menjadi Rp 833 miliar.

Sementara Andy merekomendasikan hold di target harga Rp 1.500 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina