BANDUNG. Cuaca buruk menghambat kinerja produksi minyak sawit mentah atawa
crude palm oil (CPO). Menurut perkiraan dari Kementrian Pertanian, sampai akhir tahun ini, produksi CPO mencapai 25 juta ton. Padahal, di awal tahun ini, produksi CPO ditargetkan tembus antara 27,5 hingga 28 juta ton. Meski tak mencapai target, perkiraan produksi CPO ini masih lebih tinggi ketimbang realisasi di tahun lalu. Pada 2012, realisasi produksi CPO sebesar 23,5 juta ton. "Memang curah hujan tinggi berpengaruh terhadap produksi CPO," kata Suswono akhir pekan lalu. Di tahun depan, Suswono mengharapkan adanya kenaikan produksi CPO menjadi 27 juta ton. Selain karena produktivitas tanaman sawit meningkat, banyak pabrik pengolahan sawit baru beroperasi.
Berbeda dengan pemerintah, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) justru meramalkan, produksi tahun ini tak selicin tahun lalu. Sebab, banyak kebun di Sumatera yang mengalami penurunan produksi. "Tahun ini turun iya, itu pasti. Namun angka yang tepat saya tidak tahu," kata Joko Supriyono, Sekretaris Jenderal (Sekjen Gapki). Dorab E. Mistry, Direktur Godrej International Ltd mengatakan, produksi CPO Indonesia akan mengalami penurunan 500.000 ton pada tahun ini dibandingkan tahun lalu. Berbeda data dengan pemerintah, Dorab bilang tahun lalu, produksi CPO Indonesia mencapai 28 juta ton. Di tahun ini, produksi CPO Indonesia hanya 27,5 juta ton. Penurunan produksi selain cuaca, karena siklus tanaman kelapa sawit. Dorab menjelaskan, selama bulan Oktober hingga Desember, tanaman sawit di Indonesia produktif. Hal ini berdampak kepada perubahan siklus. Biasanya, setelah berbuah, tanaman akan beristirahat sekitar 9 hingga 10 bulan. Di tahun ini, periode tersebut bertambah menjadi 15 sampai 16 bulan. "Dengan demikian, siklus tinggi yang baru pada sebagian besar wilayah (perkebunan sawit) Indonesia akan mulai sekitar Mei 2014," kata dia. Sementara untuk ekspor, Gapki memproyeksikan ada kenaikan di tahun ini dibandingkan tahun lalu. Berdasarkan data Gapki, tahun lalu ekspor CPO mencapai 18,15 juta ton. Di tahun ini, ekspor CPO naik sedikit menjadi 19 juta ton. Di tahun depan, Joko belum berani memperkirakan berapa banyak ekspor CPO. Sebab, hal tersebut tergantung dari pelaksanaan kebijakan campuran biodiesel yang wajib (
mandatory) setinggi 10%. "Kalau biodiesel tidak jalan juga, ekspor kita saya yakin naik saja," ujar dia. Pasar ekspor terbesar, kata Joko masih akan didominasi oleh China dan India. Namun demikian, ia khawatir ekspor CPO ke India di tahun depan akan turun. "Sebab kalau menurut prediksi kan India lebih senang impor minyak nabati lain (selain CPO)," terang dia. Tahun lalu, volume ekspor CPO ke China sebesar 3,5 juta ton. Sementara ekspor CPO ke India bisa mencapai 5,4 juta ton. Sampai Agustus tahun ini, ekspor CPO ke China dan India masing-masing adalah 1,85 juta ton dan 3,9 juta ton.
Harga 2014 membaik Dorab memperkirakan harga sawit di akhir tahun ini, sampai kuartal pertama tahun depan akan membaik. Mulai Desember hingga Maret tahun depan, harga CPO di bursa Malaysia sekitar RM 2.600 hingga RM 2.700 per ton. "Harga CPO sudah menuju RM 2.700. Kemungkinan bisa menyentuh angka RM 3.000 (per ton)," katanya. Sebelumnya, harga rata-rata CPO tahun ini hanya RM 2.300 sampai RM 2.500 per ton. Namun, kondisi harga yang membaik ini tak akan bertahan lama. Sebab, harga CPO kembali turun pada Mei 2014. Penyebabnya, produksi dan pasokan CPO mulai pulih. n Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Fitri Arifenie