JAKARTA. Volume impor tembakau tahun ini diprediksi tidak akan sebesar tahun 2010. Volume impor tembakau kemungkinan akan turun 10% dari 2010 menjadi sekitar 14.000 ton. Volume impor tahun lalu sekitar 16.000-20.000 ton atau 20% dari total produksi tembakau nasional yang sebanyak 80.000 ton.Budidoyo, Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), menjelaskan prediksi penurunan impor itu beriringan dengan membaiknya produksi tembakau lokal. Para petani di berbagai daerah meyakini cuaca tahun ini akan lebih baik ketimbang tahun lalu. Efek la nina memang masih ada, namun hujan diprediksi tidak akan mengguyur sepanjang tahun sehingga produksi tembakau di beberapa daerah tidak akan terganggu.Kondisi ini membuat produksi tembakau nasional akan meningkat dari tahun lalu. Budidoyo meyakini produksi tembakau tahun ini bisa mencapai 160.000 ton. Prediksi ini meningkat 2 kali lipat ketimbang tahun 2010 yang hanya 80.000 ton. Informasi saja, Indonesia biasanya mengimpor tembakau dari China, Madagaskar dan Turki. Selain untuk menutupi kekurangan produksi, impor tembakau juga dilakukan untuk menambah varian rasa rokok yang diproduksi di dalam negeri.Soedaryanto, Ketua Umum Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI), menambahkan impor tembakau itu memang semata-mata untuk menutupi kekurangan produksi lokal. Impor dilakukan bukan karena kualitas tembakau lokal kalah dibandingkan luar negeri. Ia juga bilang tembakau impor tidak akan merusak penyerapan dan harga tembakau lokal. Bahkan, ia mengklaim tembakau lokal hampir seluruhnya terserap industri rokok. "Tembakau lokal menguasai sekitar 93% bahan baku industri rokok," jelasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Produksi diprediksi membaik, impor tembakau bakal turun 10%
JAKARTA. Volume impor tembakau tahun ini diprediksi tidak akan sebesar tahun 2010. Volume impor tembakau kemungkinan akan turun 10% dari 2010 menjadi sekitar 14.000 ton. Volume impor tahun lalu sekitar 16.000-20.000 ton atau 20% dari total produksi tembakau nasional yang sebanyak 80.000 ton.Budidoyo, Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), menjelaskan prediksi penurunan impor itu beriringan dengan membaiknya produksi tembakau lokal. Para petani di berbagai daerah meyakini cuaca tahun ini akan lebih baik ketimbang tahun lalu. Efek la nina memang masih ada, namun hujan diprediksi tidak akan mengguyur sepanjang tahun sehingga produksi tembakau di beberapa daerah tidak akan terganggu.Kondisi ini membuat produksi tembakau nasional akan meningkat dari tahun lalu. Budidoyo meyakini produksi tembakau tahun ini bisa mencapai 160.000 ton. Prediksi ini meningkat 2 kali lipat ketimbang tahun 2010 yang hanya 80.000 ton. Informasi saja, Indonesia biasanya mengimpor tembakau dari China, Madagaskar dan Turki. Selain untuk menutupi kekurangan produksi, impor tembakau juga dilakukan untuk menambah varian rasa rokok yang diproduksi di dalam negeri.Soedaryanto, Ketua Umum Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI), menambahkan impor tembakau itu memang semata-mata untuk menutupi kekurangan produksi lokal. Impor dilakukan bukan karena kualitas tembakau lokal kalah dibandingkan luar negeri. Ia juga bilang tembakau impor tidak akan merusak penyerapan dan harga tembakau lokal. Bahkan, ia mengklaim tembakau lokal hampir seluruhnya terserap industri rokok. "Tembakau lokal menguasai sekitar 93% bahan baku industri rokok," jelasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News