KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi emas dan tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI) meningkat pada tahun 2023. Merujuk laporan kinerja Freeport-McMoran (FCX), produksi emas PTFI sepanjang tahun 2023 mencapai 1,97 juta ounces atau meningkat sekitar 10,01% year on year (yoy) dimana pada tahun 2022 produksi emas mencapai 1,78 juta ounces. Kenaikan produksi juga dicatatkan untuk komoditas tembaga yang pada 2023 mencapai 1,66 miliar pon atau meningkat 5,93% yoy. Pada 2022 lalu, produksi tembaga PTFI tercatat sebesar 1,56 miliar pon. Dari sisi penjualan, untuk komoditas emas, total penjualan pada 2023 mencapai 1,69 juta ounces atau lebih rendah ketimbang raihan tahun sebelumnya yang mencapai 1,81 juta ounces.
Baca Juga: Indonesia Approves Freeport Indonesia's Mining Quota for 2024-2026 Dari komoditas tembaga, penjualan pada tahun 2023 tercatat sebesar 1,52 miliar pon atau turun tipis dari tahun sebelumnya 1,58 miliar pon. CEO Freeport-McMoRan Richard C. Adkerson mengungkapkan, capaian kinerja positif disepanjang tahun 2023 ditopang oleh tambang bawah tanah yang beroperasi penuh. "Kita memulai ramp-up (produksi) sejak 2019 dan sekaang telah beroperasi penuh," kata Richard dalam FCX 4Q 2023 Conference Call, dikutip Kamis (1/2). Pada tahun 2024 ini pihaknya memprediksi penjualan konsolidasi PTFI dapat mencapai 1,7 miliar pon tembaga dan 2 juta ons emas. Volume produksi pada tahun ini pun diperkirakan masih akan lebih tinggi ketimbang realisasi volume penjualan. Salah satu faktornya yakni sebanyak 90 juta pon tembaga direncanakan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan Smelter Manyar di Gresik pada tahun ini. Dalam catatan Kontan, PTFI telah memperoleh persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran biaya (RKAB) untuk tahun 2024-2026 dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada 9 Januari 2024 lalu. Dalam RKAB tersebut, target produksi PTFI untuk tahun ini yang disetujui dalam RKAB PTFI, yaitu sekitar 1,4 miliar pound tembaga dan 1,6 juta ounces emas. Dalam laporan akhir tahun 2023 Freeport-McMoRan, PTFI berencana untuk mengajukan perpanjangan ekspor konsentrat tembaga dan lumpur anoda pasca izin ekspor berakhir di Mei 2024. "PTFI sedang berkordinasi dengan pemerintah Indonesia untuk memperoleh persetujuan untuk melanjutkan ekspor konsentrat tembaga dan lumpur anoda sampai proyek smelter beroperasi penuh dan mencapai kondisi operasi yang telah direncanakan," demikian dikutip dalam laporan tersebut.
Baca Juga: Soal Relaksasi Ekspor Konsentrat Freeport, Begini Tanggapan Menteri ESDM Selain berkordinasi soal izin ekspor, PTFI kini juga masih terus membahas soal pengenaan bea keluar ekspor yang diberlakukan. PTFI menjelaskan, ketentuan dalam Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) menyatakan tidak ada pengenaan bea keluar untuk pembangunan smelter yang telah melampaui 50%.
Konstruksi Smelter Manyar yang kini telah melebihi 90% pun diharapkan menjadi pertimbangan dalam penilaian di masa mendatang. Dalam regulasi bea ekspor yang baru, PTFi dikenakan besaran bea ekspor sebesar 7,5% untuk konsentrat tembaga pada semester II 2023. "PTFI telah dikenakan bea ekspor sebesar US$ 307 juta pada paruh kedua tahun 2023, dari jumlah tersebut, sebesar US$ 160 juta dikenakan pada kuartal keempat 2023 berdasarkan revisi peraturan tersebut," bunyi laporan tersebut. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi