Produksi Freeport tertekan, harga tembaga menanjak



JAKARTA. Harga tembaga memanas lagi. Nilai kontrak tembaga untuk tiga bulan di London Metal Exchange, Senin (7/11), naik 1,4% menjadi US$ 7.933 per ton. Di Bursa New York, harga logam ini juga naik 0,91% menjadi US$ 314,92 per pon.

Salah satu pemicu kenaikan harga tembaga adalah pasokan yang seret. Persediaan tembaga di London Metal Exchange kemarin menyusut 0,6% menjadi 415.325 ton. Ini merupakan pasokan terendah tembaga sejak akhir Februari tahun ini.

Di sisi lain, perkara hubungan industrial antara PT Freeport Indonesia dan karyawannya juga berpotensi mendongkrak harga tembaga. Konflik Freeport yang belum tuntas, menyebabkan pasokan tembaga berkurang. Tambang Grasberg yang dikuasai Freeport memiliki cadangan tembaga terbesar di dunia. Sejak 15 September 2011, sekitar 8.000 pekerja menggelar aksi mogok kerja menuntut kenaikan gaji.


Kedua pihak belum mencapai kesepakatan sehingga bisa menghambat produksi tembaga. Freeport diperkirakan tidak bisa memenuhi target produksi dan penjualan pada kuartal keempat tahun ini, yakni mampu menjual rata-rata tembaga sebanyak 175.000 ton per hari. Tapi, rata-rata produksi dan penjualan di bulan lalu hanya 125.000 per hari. "Aksi mogok kerja dan jatuhnya pasokan akan menopang kenaikan harga tembaga," ujar Park Jong Beong, senior trader Tong Yang Securities kepada Bloomberg, kemarin.

Ibrahim, analis senior Harvest International Futures, menilai, harga tembaga dalam tren naik. Permintaan dari China dan India masih tinggi, begitu pula dengan Jepang yang segera melakukan rekonstruksi pasca tsunami. Ibrahim menebak harga tembaga menyentuh US$ 8.500 per ton di akhir November dan US$ 9.000 di akhir Desember.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini