JAKARTA. Produksi gula milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seolah larut dalam guyuran hujan. Curah hujan yang tinggi belakangan ini membuat rendemen gula produksi BUMN Perkebunan drop. Dampaknya, produksi gula beberapa BUMN tidak sesuai target. PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) misalnya, kembali merevisi target. Di awal tahun, RNI optimistis bisa memproduksi 200.000 ton gula. Di pertengahan tahun, RNI merevisi target produksi gula menjadi 168.000 ton. Kini, menjelang akhir tahun, RNI pesimistis target tersebut bisa dicapai. "Ada revisi target produksi 20% hingga 30% karena anomali cuaca," ujar Ismed Hasan Putro, Direktur Utama RNI, Kamis (21/11). Di akhir tahun, jika target ini tidak meleset lagi, RNI memproyeksikan bisa memproduksi gula 117.600 ton-134.400 ton. Sampai awal November, RNI sudah memproduksi 110.000 ton gula.
BUMN kebun lainnya yang bernasib serupa adalah PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX. Adi Prasongko, Direktur Utama PTPN IX menyebutkan, produksi gula anjlok dibandingkan tahun lalu. Tahun lalu, perusahaan pelat merah ini berhasil memproduksi sebanyak 141.590 ton gula. Rendemen PTPN IX di tahun ini turun menjadi 5,88% dibandingkan tahun lalu yang mencapai 7,15%. "Tahun ini, produksi gula turun 30% dibandingkan tahun lalu," ungkap Adi. BUMN lainnya yang kesulitan mencapai target produksi adalah PTPN XI. Di awal tahun, PTPN XI menargetkan produksi gula sebesar 220.000 ton. Meski tak bilang secara rinci, Andi Punoko, Direktur Utama PTPN XI mengakui, target tersebut tak bisa dipenuhi. "Mulai giling bulan Mei masih hujan, Agustus dan Oktober hujan lagi sehingga rendemen turun," kata Adi. Kemudian, PTPN VII yang memiliki pabrik gula di Palembang dan Lampung juga ikut pesimistis bisa mencapai target produksi gula tahun ini yakni, 120.000 ton. PTPN VII optimistis, produksi gula miliknya hanya 115.000 ton. "Tahun ini, produksi di bawah target," ujar Kusumandaru, Direktur Utama PTPN VII. Sama seperti BUMN lain, PTPN VII kesulitan untuk mencapai target produksi gula karena rendemen rendah. Tahun lalu, rendemen gula PTPN VII sebesar 7,25%. Tahun ini, rendemen turun menjadi 7,04%. PTPN VII memiliki dua pabrik gula yakni PG Cintamanis yang berada di Palembang, dan PG Bungamayang di Lampung. Luas areal perkebunan tebu inti yang dimiliki perusahaan itu mencapai 20.000 hektare. Meski produksi anjlok, harga gula sulit untuk naik. Sekedar informasi saja, harga lelang gula di beberapa Pabrik Gula PTPN tahun ini berada di kisaran Rp 8.900 per kilogram (kg)-Rp 9.000 per kg. Aris Toharisman, Direktur Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) mengatakan, produksi gula nasional tahun ini hanya akan mencapai sekitar 2,3 juta ton. Jumlah produksi tersebut di bawah taksasi produksi gula yang dilakukan Dewan Gula yang mencapai 2,55 juta ton.
Tak perlu impor Meski produksi gula tak sesuai harapan, Arum Sabil, Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mengatakan, produksi gula saat ini masih cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Tahun ini, kebutuhan gula konsumsi sebesar 2,1 juta ton. "Stok gula untuk konsumsi masih aman dalam enam bulan ke depan," ujar Arum. Namun, untuk kebutuhan gula industri, kata Arum, pemerintah harus menghitung ulang. Ia berharap impor gula untuk industri tidak berlebih sehingga merembes ke gula konsumsi. Tahun ini saja, impor gula untuk industri mencapai 3 juta ton. Padahal, kebutuhan industri hanya sekitar 2,5 juta ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hendra Gunawan