JAKARTA. Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) menyatakan produksi gula kristal putih (GKP) nasional tidak sesuai dengan kebutuhan konsumsi gula nasional. AGRI menghitung, kebutuhan GKP untuk pasar konsumsi mencapai 2,7 juta ton, sementara kemampuan produksi GKP dari industri nasional hanya 1,9 juta ton sampai 2 juta ton.Ketidakseimbangan produksi GKP itu terjadi karena pabrik gula di dalam negeri tidak produktif dalam memproduksi gula. "Pabrik gula yang dikelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau PT Perkebunan Nusantara (PTPN) tidak efektif dan efisien," kata Andre Vincent Wenas, Wakil Ketua 1 AGRI.Akibat rendahnya produksi gula itu membuat pasar gula konsumsi di dalam negeri defisit 700.000 ton sampai 800.000 ton. "Melihat kondisi kekurangan gula ini jangan sampai mengalihkan isu yang memojokan kami (industri gula rafinasi)," terang Andre.Asal tahu, sebelumnya banyak pihak yang menuding industri gula rafinasi mengelontorkan gula rafinasi untuk pasar konsumsi. Wakil Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Gula Indonesia (IKAGI) Adig Suwandi menilai, merembesnya gula dari industri gula rafinasi membuat petani tebu dan pabrik gula kelabakan. "Gula rafinasi di pasar konsumen mengindikasikan produksi gula rafinasi itu berlebih," terang Adig. Selain itu, Adig menyatakan, stok gula di pabriknya masih banyak dan menumpuk karena tidak terdistribusikan akibat membanjirnya gula rafinasi di pasar konsumsi. Selain masalah produksi gula nasional, Andree juga menyoroti adanya aksi penyeludupan gula dari negara lain. Data yang dilansir dari Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menyebutkan, jumlah gula selundupan yang masuk ke perbatasan kalimantan dan Sumatera mencapai 400.000 ton.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Produksi gula kristal putih tidak sesuai harapan
JAKARTA. Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) menyatakan produksi gula kristal putih (GKP) nasional tidak sesuai dengan kebutuhan konsumsi gula nasional. AGRI menghitung, kebutuhan GKP untuk pasar konsumsi mencapai 2,7 juta ton, sementara kemampuan produksi GKP dari industri nasional hanya 1,9 juta ton sampai 2 juta ton.Ketidakseimbangan produksi GKP itu terjadi karena pabrik gula di dalam negeri tidak produktif dalam memproduksi gula. "Pabrik gula yang dikelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau PT Perkebunan Nusantara (PTPN) tidak efektif dan efisien," kata Andre Vincent Wenas, Wakil Ketua 1 AGRI.Akibat rendahnya produksi gula itu membuat pasar gula konsumsi di dalam negeri defisit 700.000 ton sampai 800.000 ton. "Melihat kondisi kekurangan gula ini jangan sampai mengalihkan isu yang memojokan kami (industri gula rafinasi)," terang Andre.Asal tahu, sebelumnya banyak pihak yang menuding industri gula rafinasi mengelontorkan gula rafinasi untuk pasar konsumsi. Wakil Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Gula Indonesia (IKAGI) Adig Suwandi menilai, merembesnya gula dari industri gula rafinasi membuat petani tebu dan pabrik gula kelabakan. "Gula rafinasi di pasar konsumen mengindikasikan produksi gula rafinasi itu berlebih," terang Adig. Selain itu, Adig menyatakan, stok gula di pabriknya masih banyak dan menumpuk karena tidak terdistribusikan akibat membanjirnya gula rafinasi di pasar konsumsi. Selain masalah produksi gula nasional, Andree juga menyoroti adanya aksi penyeludupan gula dari negara lain. Data yang dilansir dari Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menyebutkan, jumlah gula selundupan yang masuk ke perbatasan kalimantan dan Sumatera mencapai 400.000 ton.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News