Produksi kakao perlu digenjot jadi 1 juta ton



SINGAPURA. Indonesia harus memproduksi kakao dua kali lipat menjadi 1 juta ton per tahun guna memenuhi permintaan cokelat di Asia. Pendapat tersebut disampaikan oleh salah pejabat senior dari Barry Callebaut , produsen cokelat dunia pada Rabu (21/5).

"Indonesia harus mengambil dan menghasilkan lebih banyak kakao," kata Daudi Lelijveld , wakil presiden Barry Callebaut di sebuah pertemuan industri kakao di Singapura. Walaupun ada proyeksi kenaikan permintaan cokelat di Asia, namun permintaan dunia relatif stabil di 2013 dan 2014.

"China dan India merupakan dua pasar untuk produk cokelat. Pasar di sana bilang ‘berikan kami cokelat, berikan kami ceklat,” kata Lelijveld.


Perlu diketahui, produksi biji kakao nasional tahun ini diproyeksikan turun ke level terendah delapan tahun, yakni turun menjadi 425.000 ton akibat penyakit dan cuaca buruk. "Indonesia yang akan datang perlu menambah produksi menjadi negara 1 juta ton. Tapi butuh proses panjang untuk mencapainya," kata Lelijveld.

Saat ini, kapasitas dari industri pengolahan kakao di Indonesia terus mengalami kenaikan. Kenaikan kapasitas produksi itu seiring dengan kenaikan kebutuhan bahan bakunya.  Diantara industri pengolahan yang berinvestasi di industri pengolahan kakao itu adalah, Cargill , Olam International Ltd dan Barry Callebaut .

Olam berencana berinvestasi senilai US$ 61 juta untuk membangun pabrik pengolahan kakao di Indonesia . Pabrik itu merupakan yang pertama di Asia. Sedangkan, Cargill telah lebih dulu berinvestasi di Indonesia.

Karena kapasitas produksi kakao tak memenuhi permintaan industri pengolahan kakao, diproyeksikan Indonesia akan impor kakao dari Afrika Barat . 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri