Produksi karet alam anjlok akibat banyak hambatan



JAKARTA. Tahun ini menjadi ujian berat bagi pelaku industri karet di Tanah Air. Harga karet yang rendah sepanjang tahun ini telah membuat petani frustasi dan tak lagi tertarik menanam karet. Hal ini diperparah dengan dua kejadian yang terjadi pada tahun ini, yakni kemarau panjang dan kebakaran hutan dan lahan.

Atas alasan tersebut, Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) memprediksikan produksi karet tahun ini akan meleset 10% dari target. Semula, Gapkindo memasang target produksi sebanyak 3,2 juta ton atau sama dengan tahun lalu. Dengan asumsi penurunan 10%, berarti produksi tahun ini maksimal hanya sebanyak 2,88 juta ton.

Moenardji Soedargo, Ketua Umum Gapkindo mengakui bahwa kebakaran hutan dan lahan juga memperparah penurunan produksi karet tahun ini. "Walaupun kebakaran tidak terjadi di kebun karet, produksi menurun karena kualitas tanah menurun dan asap tebal menghambat proses fotosintesis untuk produksi karet," jelas Moenardji kepada KONTAN, Rabu (4/11).


Apalagi, kebakaran terjadi di sejumlah sentra perkebunan karet, seperti di Sumatra Utara, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.

Industri karet semakin terpukul lantaran dalam beberapa pekan terakhir, harga karet dunia makin terjerembab ke level terendah. Hal ini disebabkan negara tujuan ekspor karet Indonesia, seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, China, India, dan Korea Selatan, terus mengurangi permintaan.

Asal tahu saja, pasar ekspor mendominasi lebih dari 80% penyerapan karet Indonesia. Sehingga penurunan permintaan karet dari luar negeri amat terasa imbasnya bagi industri dalam negeri. Akibat kondisi ini hampir seluruh perusahaan karet mulai mengurangi produksinya. "Saya mendapat laporan bahwa sejumlah perusahaan swasta telah menghentikan penanaman pohon dalam dua minggu atau tiga minggu belakangan," ungkap Moenardji.

Saat ini, harga karet di pasar global terus menurun sampai US$ 1,2 per kilogram (kg) atau lebih rendah dari harga bulan lalu yang sempat menyentuh level US$ 1,24 per kg.

Moenardji bilang, harga tersebut sudah mendekati harga terendah 15 tahun lalu. Sedangkan harga karet di tingkat petani saat ini hanya Rp 6.500 per kg dalam kondisi basah.

Gamal Nasir, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kemtan) mengaku tengah mendorong agar produksi karet nasional diserap industri dalam negeri. Salah satunya dengan menjalin kerjasama dengan Kementerian Perindustrian (Kemperin). "Sejauh ini, karet masih dominan diserap oleh industri ban," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri