JAKARTA. Hujan berkepanjangan jelas tak menguntungkan perkebunan karet. Contohnya adalah yang dialami PT Jaya Agra Wattie Tbk. Produksi karet emiten kebun dengan kode saham JAWA ini tak semelar tahun lalu. Pada semester pertama tahun lalu, produksi karet Jaya Agra mencapai 6.521 ton. Pada enam bulan pertama tahun ini, produksi karet Jaya Agra hanya 5.916 ton atau turun 9,28%. Penurunan produksi ini tidak hanya terjadi di kebun inti. Pasokan karet dari pihak ketiga juga berkurang. Pada Januari sampai Juni tahun lalu, produksi karet Jaya Agra mencapai 3.887 ton. Di tahun ini, periode yang sama, produksi karet dari kebun inti hanya 3.723 ton.
Sementara itu produksi karet dari pihak ketiga juga mengalami penurunan 17% dari 2.634 ton menjadi 2.193 ton diparuh pertama tahun 2013. "Selama semester I hujan turun terus dari pagi, sehingga mengganggu proses penyadapan karet," kata Bambang S. Ibrahim, Direktur Keuangan Jaya Agra akhir pekan lalu. Berkaca pada produksi di semester pertama ini, Ibrahim khawatir Jaya Agra tak berhasil mencapai target produksi pada tahun ini sebesar 26.960 ton. Produksi karet Jaya Agra tahun lalu memang hanya 10.354 ton. Untuk mencapai target tersebut, di semester kedua ini, Jaya Agra harus bisa menghasilkan 21.044 ton karet. Sejalan dengan produksi, penjualan karet di semester pertama tahun ini juga tak sebagus tahun lalu. Selama Januari-Juni 2013, Jaya Agra hanya menjual karet 4.821 ton atau turun 14% dibandingkan periode yang sama tahun 2012 lalu yakni 5.585 ton. Mengutip laporan keuangan Jaya Agra, nilai penjualan karet Jaya Agra pada semester pertama tahun ini mencapai Rp 135,34 miliar, turun 26,46% dibandingkan tahun lalu periode yang sama yakni Rp 184,02 miliar. Di semester pertama tahun lalu, nilai ekspor karet Jaya Agra mencapai Rp 41,49 miliar. Namun, dii periode yang sama tahun ini, nilai ekspor karet Jaya Agra hanya Rp 31,48 miliar. Harga karet turun Selain cuaca, kata Bambang, pengurangan pasokan karet dari pihak ketiga karena ketidaksesuaian harga antara yang ditawarkan petani dengan perusahaan. Menurut Bambang, harga yang diminta oleh petani karet lebih tinggi dari harga yang dipatok oleh perusahaan. "Padahal harga karet internasional juga sedang turun," kata Bambang. Sepanjang semester pertama tahun 2012, harga rata-rata karet mencapai Rp 33.000 per kilogram (kg). Tahun ini di periode yang sama, harga karet mengkerut 15% menjadi Rp 28.000 per kg. Meski harga karet pada semester pertama tahun ini kurang baik, Bambang mengharapkan harga karet akan naik pada semester kedua tahun ini. Penguatan dollar AS terhadap rupiah, kata Ibrahim salah satu faktor yang mengerek kenaikan harga karet.
"Harga karet akan naik, di atas harga rata-rata semester pertama tahun ini," jelas Ibrahim tanpa menyebutkan berapa besar kenaikan harganya.Jaya Agra memiliki izin hak guna usaha seluas 39.154 hektare (ha) untuk perkebunan karet di Jawa dan Kalimantan Selatan. Hingga akhir tahun 2012, luas kebun karet yang menghasilkan mencapai 5.096 ha, sedangkan kebun lain seluas 8.044 ha berstatus belum menghasilkan. Jaya Agra mengoperasikan tiga unit pabrik karet remah yang berlokasi di Kalimantan Selatan, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kapasitas terpasang dari tiga unit pabrik karet rempah tersebut mencapai 6 ton per jam. Selain memiliki pabrik karet remah, saat ini Jaya Agra juga memiliki enam pabrik karet lembaran berkapasitas total 13,5 ton per hari. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Fitri Arifenie