Produksi karet Kirana Megatara meleset dari target



JAKARTA. Di tengah rendahnya harga karet alam dunia, produksi karet PT. Kirana Megatara anak Usaha dari Group Triputra meleset sekitar 5% dari target sepanjang tahun 2015.

Kirana Megatara menargetkan produksi pada tahun 2015 sebesar 460.000 ton. Namun sampai akhir tahun 2015, realisasinya hanya sekitar sebesar 440.000 ton saja.

Presiden Direktur Kirana Megatara Martinus S. Sinarya mengatakan target produksi tahun 2015 secara volume meleset sekitar 5% saja dari target. Namun dari sisi nilai penjualan, terjadi penurunan omzet yang signifikan.


"Dari nilai penjualan penurunannya bisa sampai 40%, penguatan kurs dollar tidak dapat menolong omzet penjualan kita," ujar Martinus kepada KONTAN belum lama ini.

Martinus mengatakan, produsen karet yang 100% diperuntukkan untuk ekspor tersebut hanya memperoleh omzet sekitar Rp 9 triliun pada tahun 2015. Nilai tersebut lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya yang selalu tembus di atas Rp 10 triliun. "Tahun-tahun sebelumnya omzetnya selalu dua digit," terangnya.

Dari hitungan Martinus, penguatan kurs dollar dari sebelumnya sekitar Rp 12.000 ke Rp 14.000 tidak sebanding dengan penurunan harga karet di pasar internasional.

Bila pada tahun 2014 harga karet masih bertahan sekitar US$ 2 per kg, namun pada tahun 2015 akhir jatuh ke level US$ 1,14 per kg. Nilai tersebut tertinggal jauh bila dibandingkan tahun 2013 yang masih bertahan di level US$ 3 per kg dan tahun 2011 yang sempat menyentuh US$ 4,8 per kg.

Penurunan harga karet dunia berefek pada para petani yang menjual karet di bawah ongkos produksi sekitar Rp 4.000 - Rp 5.000 per kg. Kondisi ini membuat para petani karet banyak yang berpindah mata pencaharian.

Ketua Umum Asosiasi Petani Karet Indonesia, Lukman Zakaria mengatakan sebelumnya pihaknya berharap pada perdagangan bebas atau Masyarakat Ekonomi ASEANĀ (MEA) membawa dampak positif pada harga karet.

Namun setelah dua pekan pertama penerapan MEA belum ada sinyal positif yang menunjukkan adanya tanda-tanda kenaikan harga karet.

"Tampaknya para produsen besar karet dunia masih nyaman berbisnis dengan para pengusaha ketimbang langsung membeli karet dari petani," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto