Produksi karet Sumut menyusut 2,13% pada 2016



MEDAN. Produksi karet di Provinsi Sumatra Utara pada 2016 turun 2,13% dari tahun sebelumnya. Sepanjang 2016, Sumut hanya menghasilkan 441.220 ton karet. Penurunan produksi terjadi akibat penebangan pohon karet dan semakin luasnya tanaman karet berusia tua.

"Data menunjukkan dalam tiga tahun terakhir ini saja, terjadi penurunan produksi yang terus menerus. Kalau di 2014 masih sebanyak 466.055 ton, 2015 tinggal 450.901 ton, dan 2016 hanya 441.220 ton," papar Ketua Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara, Edy Irwansyah di Medan, Senin (23/1).

Penurunan produksi juga sangat dirasakan jika dibandingkan pada 2011 silam yang mencapai 537.559 ton.


Edy juga mengakui, produksi karet Sumut pada 2016 yang sebanyak 441.220 ton, tidak murni 100% dari hasil produksi daerah itu. Sebab, pengusaha pabrikan mengambil pasokan juga dari daerah penghasil lainnya yang ada di Sumtera seperti Jambi, Riau dan Sumatra Barat.

Dia menjelaskan, penurunan produksi karet itu akibat banyaknya aksi penebangan pohon karet dengan berbagai alasan, khususnya alasan harga jual yang tidak memuaskan. Faktor lainnya, bertambah luasnya tanaman karet yang berusia tua karena ketidakmampuan petani menyediakan dana untuk peremajaan atau replanting.

"Penurunan produksi itu harusnya mendapat perhatian serius dari pemerintah. Bukan hanya Pemerintah Provinsi Sumut, tetapi juga pemerintah provinsi penghasil karet lainnya karena bisa mengancam kelangsungan ekspor karet Indonesia," kata Edy.

Apalagi, lanjutnya, harga jual karet sudah kembali menguat sehingga jelas akan mendorong penerimaan devisa dari ekspor.

Harga ekspor karet SIR20 tertanggal 20 Januari 2016 sudah sebesar US$ 2,07 per kilogram untuk pengapalan Februari 2016, dan naik terus hingga posisi Juni menjadi US$ 2,18 per kilogram.

(Evalisa Siregar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini