JAKARTA. Demi mengantisipasi penurunan permintaan dari Eropa, pelaku industri kehutanan Indonesia mulai mengerek target ekspor ke Asia, seperti China, Taiwan dan Timur Tengah. Tapi kelesuan tetap menggelayuti industri kehutanan Indonesia. Produksi kayu hutan alam terus menyusut seirama dengan melemahnya harga kayu. Para pelaku industri kehutanan Indonesia mengklaim sudah memenuhi syarat perjanjian kemitraan sukarela atau voluntary partnership agreement (VPA) sektor kehutanan dengan Uni Eropa. Syarat itu seperti membangun sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) dan online system for information of timber legality atau sistem informasi legalitas kayu (SILK). Soewarni, Ketua Badan Revitalisasi Industri Kayu (BRIK), menyatakan, para pelaku industri kayu olahan siap menerapkan aturan itu, meski saat ini baru 340-350 dari 513 produsen kayu di bawah BRIK yang memiliki SVLK. “Bagi yang belum punya SVLK, masih bisa ekspor, meski harus lewat inspeksi,” kata Soewarni, yang juga Ketua Asosiasi Pengusaha Kayu Gergajian dan Kayu Olahan Indonesia.
Produksi kayu hutan alam Indonesia terus menyusut
JAKARTA. Demi mengantisipasi penurunan permintaan dari Eropa, pelaku industri kehutanan Indonesia mulai mengerek target ekspor ke Asia, seperti China, Taiwan dan Timur Tengah. Tapi kelesuan tetap menggelayuti industri kehutanan Indonesia. Produksi kayu hutan alam terus menyusut seirama dengan melemahnya harga kayu. Para pelaku industri kehutanan Indonesia mengklaim sudah memenuhi syarat perjanjian kemitraan sukarela atau voluntary partnership agreement (VPA) sektor kehutanan dengan Uni Eropa. Syarat itu seperti membangun sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) dan online system for information of timber legality atau sistem informasi legalitas kayu (SILK). Soewarni, Ketua Badan Revitalisasi Industri Kayu (BRIK), menyatakan, para pelaku industri kayu olahan siap menerapkan aturan itu, meski saat ini baru 340-350 dari 513 produsen kayu di bawah BRIK yang memiliki SVLK. “Bagi yang belum punya SVLK, masih bisa ekspor, meski harus lewat inspeksi,” kata Soewarni, yang juga Ketua Asosiasi Pengusaha Kayu Gergajian dan Kayu Olahan Indonesia.