Produksi kopi nasional diproyeksi mencapai 674.636 ton tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) memproyeksi produksi kopi di tahun ini mencapai 674.636 ton. Angka ini meningkat kurang dari 1% dibandingkan angka produksi sementara di tahun 2017 yakni sebesar 668.677 ton.

Produksi kopi 2017 ini juga meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2016, produksi kopi nasional sebesar 663.871 ton. Bila dihitung, peningkatan produksi kopi dari 2016 hingga 2017 sebesar 0,72%.

Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Kemtan Irmijati R. Nurbahar mengatakan, kenaikan yang kecil ini disebabkan oleh banyaknya tanaman kopi yang sudah tua dan rusak dan produktivitas kopi yang masih kecil.

Berdasasarkan buku Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kopi 2016 - 2017, pada 2018 lahan kopi yang rusak seluas 158.593 hektare (ha) dari total luas lahan sebesar 1.25 juta ha. Luas lahan yang rusak ini terus meningkat dimana pada tahun 2016 luas lahan yang rusak sebear 145.414 ha dan pada 2017sebesar 154.540 ha. Sementara, rata-rata produksi kopi masih sekitar 700 kg per Ha.

"Ini memang seharusnya sudah mulai diremajakan, dan tingkat produktivitasnya juga masih rendah, rata-rata masih di bawah 1 ton. Dan produksi rendah mungkin dikarenakan budaya petani belum semua yang cara budidaya yang baik," ujar Irmijati, Jumat (22/6).

Irmijati mengatakan, terdapat berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi kopi. Salah satunya adalah dengan memaksimalkan lahan yang ada. Pasalnya, biasanya lahan kopi tidak tertanam seluruhnya.

"Kita akan mengutuhkan populasi untuk lahan yang batangnya masih berjarak. Kita juga lakukan intensifikasi. Tanaman yang masih produktif kita beri fasilitas pupuk dan pengendalian OPT," ujar Irmijati.

Menurut Irmijati, penyuluh pertanian pun dibutuhkan untuk mendampingi petani, sehingga petani bisa menjalankan budidaya yang baik. Sayangnya, penyuluh pertanian yang ada saat ini masih sangat kurang. Karena itu, Direktorat Jenderal Perkebunan mencetuskan ide untuk mengembangkan dan memberdayakan lembaga ekonomi masyarakat, yang nantinya bertugas untuk memberdayakan dan memperkuat komoditas yang ada di wilayahnya.

Tahun ini Ditjen Perkebunan menargetkan akan terdapat 16,4 juta batang benih kopi yang dihasilkan. Benih tersebut ditujukan untuk perluasan lahan baru dan peremajaan kebun yang sudah rusak.

Kasubdit tanaman Penyegar, Dirat Tanaman tahunan dan Penyegar Hendratmojo Bagus Hudoro mengatakan, benih tersebut memang belum cukup untuk meremajakan seluruh perkebunan yang rusak, pasalnya, dana dari APBN sangat terbatas. Tahun ini, Alokasi Anggaran Ditken Perkebunan hanya berkisar Rp 1,63 triliun, dimana anggaran tersebut ditujukan untuk seluruh komoditas perkebunan.

"Kalau kita meremajakan 10% saja itu sudah 120.000 ha, tetapi anggaran tidak mampu. Karena itu kami mendorong supaya Provinsi dan Kabupaten juga turut andil. Kita juga mendorong petani untuk swadaya, kalau bergantung pada APBN memang akan sulit," tandas Hendratmojo.

Di sisi lain, Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) memperkirakan produksi kopi dalam negeri tahun ini sebesar 11 juta sampai 11,5 juta karung atau sekitar 660.000 hingga 690.000 ton. Produksi kopi ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya karena kondisi cuaca yang membaik.

Meski produksi membaik, Ketua Departemen Specialty & Industri BPP AEKI Moelyono Soesilo mengatakan, ekspor kopi tahun ini mengalami peurunan sebesar 15%-20%. Moelyono mengatakan, hingga Mei 2018, ekspor kopi sudah mencapai 33.817 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat