Produksi LNG Terkerek, Pasar Domestik dan Global Masih Menarik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi gas alam cair atau liquified natural gas (LNG) Indonesia diprediksi akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan.

Selain mulai beroperasinya proyek baru, banyaknya temuan cadangan gas bumi juga jadi salah satu penyebabnya.

Yang terbaru, Presiden Joko Widodo meresmikan proyek LNG Tangguh Train 3 milik British Petroleum (BP) di Teluk Bintuni pada Jumat (24/11).


Ke depannya, salah satu proyek mega LNG yakni Blok Masela juga bakal beroperasi. Setidaknya, pemerintah menargetkan proyek ini dapat onstream pada 2029 mendatang.

Kondisi ini mendorong perlunya upaya mencari calon-calon pembeli potensial ke depannya. Ini guna menghindari kargo LNG yang tidak terkontrak atau uncomitted cargo.

Baca Juga: Tangguh Train 3 Beroperasi, Ini Porsi Penjualan Gas untuk Domestik dan Luar Negeri

Praktisi LNG Ginanjar Sofyan mengungkapkan, meningkatnya produksi LNG bakal turut mengerek neraca gas Indonesia. Secara positif, kondisi ini bakal menciptakan keamanan suplai energi sektor LNG. Terlebih, LNG dikategorikan sebagai energi bersih.

"Indonesia lebih aman dalam menghadapi masa transisi energi dimana tekanan global mengenai isu lingkungan makin ketat dan bisa mempengaruhi daya saing Indonesia di dunia Internasional," kata Ganjar kepada Kontan, Minggu (26/11). 

Ginanjar menilai, sejauh ini ada indikasi kuat peningkatan permintaan LNG dari dalam negeri. Artinya, ada potensi konsumsi LNG meningkat, tidak hanya dari industri kelistrikan.

Meski demikian, optimalisasi serapan LNG domestik membutuhkan waktu. Pasalnya, pada saat bersamaan diperlukan pembangunan infrastruktur untuk midstream dan downstream.

Selain itu, pasar ekspor dinilai masih akan menarik. Sejumlah negara diprediksi masih akan menjadi tujuan ekspor LNG Indonesia seperti Korea Selatan, Jepang dan Taiwan. 

"Mungkin China sekarang bisa menjadi potensi pembeli baru Indonesia," jelas Ginanjar. 

Baca Juga: BPH Migas Pantau Pendistribusian BBM Subsidi dan Minyak Tanah di Sorong

Sementara itu, jumlah kargo LNG yang akan dilepas ke pasar spot diprediksi masih akan ada dikisaran 5% dari produksi. 

Berdasarkan neraca LNG Indonesia Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dimulai pada 2026 jumlah uncomitted cargo naik signifikan.

Sebagai gambaran, pada 2025 jumlahnya hanya 30,4 kargo kemudian melejit 129% year on year (YoY) menjadi 69,9 kargo. Adapun angka kargo yang tidak terkontrak naik semakin tinggi hingga mencapai puncaknya di 2030 sebanyak 304,6 kargo. 

Ginanjar menjelaskan, seiring hadirnya temuan cadangan gas baru tentu memerlukan kepastian pembeli untuk jangka panjang. 

"Spot-spot yang terjadi sekarang biasanya karena ada produksi berlebih. Bukan dari hasil temuan cadangan baru atau pengembangan lapangan baru," pungkas Ginanjar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi