Produksi MEDC semester II diperkirakan akan positif dan mampu menyokong kinerja



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Medco Energi International Tbk (MEDC) di paruh pertama tahun ini tidak begitu mulus. Tercatat, pendapatan naik sebesar 42% secara year on year (yoy) menjadi US$ 578 juta. Sedangkan laba bersih MEDC turun 48% yoy menjadi US$ 41 juta. Namun, analis kompak memprediksikan kegiatan produksi MEDC akan membara di paruh kedua tahun ini dan berdampak positif pada kinerja MEDC ke depan.

Analis Artha Sekuritas Indonesia Juan Harahap laba bersih MEDC tertekan karena mengalami kerugian dari afiliasi pertambangan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) yang memulai pengembangan tahap 7 dari tambang batu hijau.

Meski bisnis afiliasi masih rugi, Arandi Ariantara Analis Samuel Sekuritas Indonesia memproyeksikan dari sisi target produksi yang manajemen tetapkan di Milion Barrel Oil of Equivalent Per Day (MBOEPD) untuk tahun ini akan tercapai. Bahkan, Ariandi optimis kinerja produksi MEDC di semester II 2018 bisa tumbuh 13% hoh ke 93 MBOEPD.


Arandi begitu optimis karena di semester II 2018 kegiatan manufaktur mulai pulih pasca libur Lebaran. Target produksi MEDC bisa tercapai bahkan lebih karena sebesar 60% dari produksi adalah gas, dimana produksi tersebut akan disumbang dari blok A Aceh yang juga mulai berproduksi di Agustus 2018.

Selain dari kegiatan produksi, Arandi memperkirakan kinerja MEDC akan makin membaik karena kerjasama perseroan demham perusahaan afiliasi Medco Power Indonesia (MPI). Perseroan juga baru-baru ini meningkatkan kepemilikan efektifnya di MPI dari dari 49% menjadi 88%.

Pada semester I 2018 MPI telah berkontribusi 20% pada total pendapatan. Dengan kenaikan harga jual listrik sebesar 56% yoy ke US$ 4c/kwh dan potensi peningkatan permintaan listrik di semester II 2018, Arandi memproyeksikan kontribusi MPI pada total pendapatan MEDC akan bertumbuh jadi 33%.

Juan berpendapat kinerja MEDC ke depan juga akan positif, seiring dengan stabilnya harga minyak serta aktivitas oil dan gas di Indonesia yang mulai menggeliat. Apalagi setelah adanya Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas yang mengumumkan terdapat 50 proyek hulu minyak dan gas yang akan mulai berproduksi dalam sepuluh tahun ke depan.

"Kenaikan target oil dan gas inevstment untuk 2018 sejumlah US$ 17,4 miliar dibanding tahun lalu di US$9,33 miliar dan penguatan dollar yang turut menggenjot kinerja perusahaan juga jadi katalis positif," kata Juan.

Namun, yang menjadi tantangan bagi MEDC ke depan adalah bagaiman perseoran mengelola hutang pendanaan proyek-proyek ke depan.

Untuk jangka pendek bukan hingga akhir tahun, Juan merekomendasikan buy on weakness saham MEDC di Rp 980 per saham.

Sementara hingga akhir tahun Arandi merekomendasikan buy di target harga Rp 1.500 per saham. Senada, William Simadiputra Analis DBS Vickers merekomendasikan buy di target harga Rp 1.500 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Agung Jatmiko