JAKARTA. Produksi tinggi dan pasokan yang terus melonjak menjadi pengganjal laju tembaga. Koreksi harga logam industri ini diprediksi bisa berlanjut akibat beban negatif yang membalut. Mengutip Bloomberg, Rabu (20/7), kontrak harga tembaga pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange terkikis 0,9% menjadi US$ 4.939 per metrik ton. Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menuturkan, saat ini fundamental pasar memang sedang tidak berpihak pada tembaga. Terbaru ada rilis data Biro Statistik Nasional China yang bilang sepanjang semester I-2016 produksi tembaga naik 7,6% menjadi 4,03 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Padahal permintaan belum dilaporkan mengalami kenaikan.
"Tidak banyak keuntungan bagi harga tembaga saat ini. Apalagi dollar AS terhitung sedang menguat karena data positif," tambah Ibrahim. Memang beberapa waktu terakhir data ekonomi AS memuaskan pelaku pasar. Berkaca dari hal ini, Ibrahim prediksi kejatuhan harga tembaga berlanjut pada hari Kamis (21/7). Nyaris tidak ada faktor yang bisa menopang pergerakan harga tembaga untuk jangka pendek. Kalaupun menguat, itu hanya rebound sesaat dari aksi pasar yang memanfaatkan rendahnya harga jual. Namun, jika sentimen dari China sedikit mereda, harga tembaga bisa sedikit terangkat karena rencana Anglo American Plc memangkas produksinya di kisaran 570.000 - 600.000 ton. Padahal tadinya di awal tahun diprediksi bisa hingga 630.000 ton. Memandang hingga akhir tahun, jika terjadi perbaikan ekonomi Eropa dan China yang bisa genjot permintaan ditambah dengan pengurangan produksi para produsen, harga bisa saja kembali naik. "Tapi beban negatif tetap ada, surplus tembaga diprediksi akan membengkak dan The Fed tetap berpeluang naikin suku bunga," analisis Ibrahim.