Produksi Migas Tak Optimal, Waspada Defisit Anggaran Melebar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja produksi hulu migas nasional yang masih belum optimal berpotensi memberi dampak pada defisit anggaran.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan, penurunan produksi migas bakal berdampak pada melebarnya defisit anggaran. "Sepanjang Januari-Maret 2022, impor BBM telah meningkat signifikan 94% dibanding periode yang sama ditahun lalu," kata Bhima kepada Kontan, Jumat (22/4).

Bhima menambahkan, kenaikan volume impor BBM ini setara dengan US$ 5,5 miliar. Menutnya, kenaikan yang terjadi bukan hanya dikarenakan harga minyak mentah yang mencapai US$ 100 per barel. Peningkatan konsumsi dalam negeri pasca pemulihan transportasi dan aktivitas dunia usaha juga menjadi penyebab.


Baca Juga: Penerimaan Negara dari Hulu Migas Mencapai Rp 62 Triliun pada Kuartal I 2022

Bhima menilai, melebarnya defisit anggaran serta membengkaknya dana kompensasi dan subsidi BBM tidak bisa dihindari. "Perkiraan subsidi energi dan dana kompensasi bisa melebar diatas Rp 320 triliun hingga akhir tahun," jelas Bhima.

Bhima melanjutkan, kondisi ini harus direspon dengan peningkatan produksi sumur existing, atau penambahan PMN bagi Pertamina untuk dapat melakukan optimasi produksi.

Sekadar informasi, merujuk data SKK Migas, realisasi lifting migas mencapai 1.739 Barel Oil Equivalent Per Day (BOEPD). Jumlah tersebut terdiri dari lifting minyak sebesar 611,7 ribu BOPD atau setara 87% dari target yang ditetapkan sebesar 703 ribu BOPD serta gas sebesar 5.321 MMSCFD atau 92% dari target sebesar 5.800 MMSCFD. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .