JAKARTA. Jelang tutup tahun, kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) minyak dan gas mulai melempar handuk, kepayahan. Mereka menyatakan tak mampu memenuhi target produksi minyak pada tahun ini. Lihat saja, sepanjang Januari–Oktober 2014 rata-rata produksi hanya 793.272 barel per hari (bph). Padahal, sesuai Rencana Kerja dan Anggaran 2014 diputuskan produksi minyak tahun ini 818.000 bph. Sekretaris Satuan Kerja Khusus Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Gde Pradnyana mengakui penurunan produksi akibat banyak sumur telah mencapai produksi puncak, sehingga secara alamiah produksi minyak akan menurun dengan sendirinya. Sebutlah sumur minyak Minas dan Lapangan Duri milik Chevron yang paling besar produksinya, yakni 40% produksi nasional, tahun ini menyusut. Sebagai gambaran, sumur ini sudah berproduksi sejak 1950. "Kapasitas produksinya 300.000 bph, dan itu sumur tua, makanya produksinya menurun," jelas Gde ke KONTAN, Jumat (10/10).
Produksi minyak 2014 diduga meleset dari target
JAKARTA. Jelang tutup tahun, kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) minyak dan gas mulai melempar handuk, kepayahan. Mereka menyatakan tak mampu memenuhi target produksi minyak pada tahun ini. Lihat saja, sepanjang Januari–Oktober 2014 rata-rata produksi hanya 793.272 barel per hari (bph). Padahal, sesuai Rencana Kerja dan Anggaran 2014 diputuskan produksi minyak tahun ini 818.000 bph. Sekretaris Satuan Kerja Khusus Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Gde Pradnyana mengakui penurunan produksi akibat banyak sumur telah mencapai produksi puncak, sehingga secara alamiah produksi minyak akan menurun dengan sendirinya. Sebutlah sumur minyak Minas dan Lapangan Duri milik Chevron yang paling besar produksinya, yakni 40% produksi nasional, tahun ini menyusut. Sebagai gambaran, sumur ini sudah berproduksi sejak 1950. "Kapasitas produksinya 300.000 bph, dan itu sumur tua, makanya produksinya menurun," jelas Gde ke KONTAN, Jumat (10/10).