JAKARTA. Cuaca buruk yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia akhir-akhir menyebabkan operasi hulu migas terganggu. Beberapa lapangan migas berhenti beroperasi. Produksi minyak dan gas pun berkurang.Informasi dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menyebutkan sejumlah fasilitas produksi migas di beberapa lapangan migas di Jawa Timur dan sekitarnya mengalami kerusakan akibat cuaca buruk.Pada Senen, (20/1) malam, misalnya, terjadi kebocoran selang penyalur minyak mentah (hose) yang menghubungkan alat tambat (single point mooring) dan Floating Storage Offloading (FSO) Abherka, di lapangan West Madura Offshore (WMO). Insiden ini terjadi akibat cuaca buruk yang terjadi di perairan Utara Surabaya.SKK Migas dan Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) pun langsung menghentikan produksi minyak dari lapangan tersebut agar tidak terjadi tumpahan minyak.Kepala Bagian Humas SKK Migas Elan Biantoro mengatakan saat ini kecepatan angin di lapangan berkisar 27-35 knot dan ombak setinggi 3-6 meter. Karena itu, belum dimungkinkan bagi para penyelam untuk mendekati lokasi. Berdasarkan perkiraan cuaca, gelombang tinggi masih akan terjadi tinggi tanggal 25 Januari mendatang. “Apabila cuaca baik, perbaikan membutuhkan waktu sekitar 6-12 jam,” katanya.Produksi minyak PHE WMO sebesar 22.200 barel per hari dan gas 120 juta kaki kubik per hari. Akibat cuaca buruk ini, produksi minyak dihentikan. “Sedangkan penyaluran gas turun menjadi 40 juta kaki kubik per hari,” kata Elan.Kodisi serupa juga terjadi di lapangan Mudi yang dikelolah oleh Pertamina dan Petrochina. Cuaca buruk di laut Jawa menyebabkan tali pengikat FSO Cinta Natomas dari alat tambat (single buoy mooring) putus pada pada Selasa,(21/1). “Untuk sementara terjadi penghentian pengiriman minyak mentah dari lapangan Mudi,” kata General Manager JOB Pertamina Petrochina East Java (PPEJ), Eddy Frits Dominggus.
Produksi minyak dan gas turun akibat cuaca buruk
JAKARTA. Cuaca buruk yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia akhir-akhir menyebabkan operasi hulu migas terganggu. Beberapa lapangan migas berhenti beroperasi. Produksi minyak dan gas pun berkurang.Informasi dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menyebutkan sejumlah fasilitas produksi migas di beberapa lapangan migas di Jawa Timur dan sekitarnya mengalami kerusakan akibat cuaca buruk.Pada Senen, (20/1) malam, misalnya, terjadi kebocoran selang penyalur minyak mentah (hose) yang menghubungkan alat tambat (single point mooring) dan Floating Storage Offloading (FSO) Abherka, di lapangan West Madura Offshore (WMO). Insiden ini terjadi akibat cuaca buruk yang terjadi di perairan Utara Surabaya.SKK Migas dan Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) pun langsung menghentikan produksi minyak dari lapangan tersebut agar tidak terjadi tumpahan minyak.Kepala Bagian Humas SKK Migas Elan Biantoro mengatakan saat ini kecepatan angin di lapangan berkisar 27-35 knot dan ombak setinggi 3-6 meter. Karena itu, belum dimungkinkan bagi para penyelam untuk mendekati lokasi. Berdasarkan perkiraan cuaca, gelombang tinggi masih akan terjadi tinggi tanggal 25 Januari mendatang. “Apabila cuaca baik, perbaikan membutuhkan waktu sekitar 6-12 jam,” katanya.Produksi minyak PHE WMO sebesar 22.200 barel per hari dan gas 120 juta kaki kubik per hari. Akibat cuaca buruk ini, produksi minyak dihentikan. “Sedangkan penyaluran gas turun menjadi 40 juta kaki kubik per hari,” kata Elan.Kodisi serupa juga terjadi di lapangan Mudi yang dikelolah oleh Pertamina dan Petrochina. Cuaca buruk di laut Jawa menyebabkan tali pengikat FSO Cinta Natomas dari alat tambat (single buoy mooring) putus pada pada Selasa,(21/1). “Untuk sementara terjadi penghentian pengiriman minyak mentah dari lapangan Mudi,” kata General Manager JOB Pertamina Petrochina East Java (PPEJ), Eddy Frits Dominggus.