KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri minyak sawit Indonesia, sebagai produsen terbesar di dunia, tengah menghadapi tantangan serius yang dapat memengaruhi pasokan global dan harga komoditas ini. Mengutip
businesstimes.com, faktor-faktor seperti cuaca kering dan usia tanaman yang semakin tua telah memperburuk prospek produksi minyak sawit di tahun 2024.
Kondisi Cuaca Kering dan Dampaknya terhadap Produksi
Cuaca merupakan salah satu faktor kunci yang menentukan keberhasilan panen minyak sawit.
Pada tahun 2024, sekitar sepertiga dari wilayah utama penghasil sawit di Indonesia, termasuk Sumatera dan sebagian Kalimantan, mengalami curah hujan yang lebih rendah dari rata-rata. Tren ini diperkirakan akan berlanjut dan dapat menyebabkan penurunan produksi hingga 5% dibandingkan tahun 2023. Curah hujan yang rendah menyebabkan pohon sawit menghasilkan lebih banyak bunga jantan, yang tidak dapat menghasilkan buah segar dalam jumlah besar. Hal ini mengakibatkan volume tandan buah segar yang lebih rendah, sehingga menekan total produksi minyak sawit.
Baca Juga: Gapki Usulkan Ada Area Khusus untuk Percepatan Mandatori Biodiesel Usia Tanaman dan Dampak terhadap Produktivitas
Tantangan lainnya adalah usia tanaman sawit yang semakin tua. Banyak perkebunan, terutama milik petani kecil, memiliki tanaman yang telah berusia lebih dari 25 tahun. Pohon sawit yang sudah tua ini memiliki produktivitas yang jauh lebih rendah, dengan produksi buah segar menurun hingga 700 kilogram per hektar, dibandingkan dengan 830 kilogram pada periode yang sama di masa lalu. Usia tanaman yang tua ini membutuhkan perhatian khusus, terutama dalam hal peremajaan tanaman. Tanpa adanya upaya peremajaan yang signifikan, potensi penurunan produksi akan terus meningkat, yang pada akhirnya dapat mengancam posisi Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia.
Dampak pada Pasar Global
Penurunan produksi minyak sawit di Indonesia diperkirakan akan berdampak signifikan pada pasar global. Stok minyak sawit global diprediksi mencapai level terendah dalam tiga tahun terakhir, dengan Malaysia, produsen terbesar kedua dunia, juga menghadapi tantangan serupa akibat pohon tua dan kekurangan tenaga kerja. Kondisi ini diperkirakan akan memperketat pasokan global dan menjaga harga minyak sawit tetap tinggi.
Baca Juga: Prospek Bisnis Industri Sawit Diprediksi Semakin Cerah, Ini Faktor Kuncinya Implikasi Ekonomi dan Strategi Masa Depan
Turunnya produksi minyak sawit di Indonesia tidak hanya berdampak pada pasar global tetapi juga pada perekonomian nasional. Minyak sawit merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia, dan penurunan produksi dapat memengaruhi pendapatan negara. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan pelaku industri untuk segera mengambil langkah-langkah strategis, termasuk peremajaan perkebunan dan penerapan teknologi pertanian modern untuk meningkatkan produktivitas. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .