TRIPOLI. Perang yang terjadi antara tentara pro Muamar Kaddafi dengan tentara sekutu gabungan beberapa negara telah mengurangi produksi minyak Libia hingga menjadi kurang dari 400.000 barel per hari. Produksi tersebut berkurang setelah perusahaan minyak asing benar-benar memulangkan semua staf mereka guna menghindari perang yang berkecamuk.Shokri Ghanim, Direktur Utama National Oil Corporation, perusahaan minyak pemerintah Libia mengungkapkan hal itu akhir pekan lalu. "Kami menghimbau perusahaan asing itu mengirim staf mereka kembali ke Libia dan kami akan memberikan konsesi yang lebih besar," janji Ghanim.Ghanim secara khusus mengundang perusahaan minyak asal China, India, dan Brasil agar datang ke Libia demi memperoleh konsesi tersebut. Maklum, jika tidak ada yang mengebor, produksi minyak di Libia benar-benar akan berhenti total. Pasokan dari Libia, produsen minyak terbesar ketiga di Afrika, sebelumnya telah turun sebanyak 195.000 barel per hari menjadi 1,38 juta barel selama Februari. "Selama Januari 2011 dan bulan sebelumnya, produksi minyak Libia rata-rata masih 1,58 juta barel per hari," demikian analisis dari Badan Energi Internasional berbasis di Paris dalam laporan bulanannya.Memonitor situasiSejak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan sanksi larangan terbang atas Libia, Kamis (17/3) harga minyak dunia di perdagangan New York sempat naik 2,2%. Lalu turun setelah rezim Kaddafi menawarkan gencatan senjata. Saat itu, harga minyak jenis Brent untuk pengiriman April 2011 turun 35 sen menjadi US$ 101,07 per barel.Total jenderal, sejak kerusuhan melanda Timur Tengah dan Afrika selama tiga bulan terakhir, harga minyak dunia telah naik 10%.Sementara terkait larang terbang, akhir pekan lalu, Angkatan Laut AS, Prancis, Kanada, Prancis, Inggris, dan Italia membombardir pertahanan udara Libia dan markas tentara Kaddafi . Sejak serangan itu, Kaddafi menyerukan pendukungnya menguasai Benghazi, kota terbesar kedua yang kini menjadi markas anti-Kaddafi. "Kami terus memonitor situasi," kata Juru Bicara OMV, perusahaan migas Italia di Libia. BP juga melakukan hal sama. Keduanya memiliki ladang minyak cukup besar di Libia. Arab Saudi menangguk untung
Produksi minyak Libia bisa berhenti total
TRIPOLI. Perang yang terjadi antara tentara pro Muamar Kaddafi dengan tentara sekutu gabungan beberapa negara telah mengurangi produksi minyak Libia hingga menjadi kurang dari 400.000 barel per hari. Produksi tersebut berkurang setelah perusahaan minyak asing benar-benar memulangkan semua staf mereka guna menghindari perang yang berkecamuk.Shokri Ghanim, Direktur Utama National Oil Corporation, perusahaan minyak pemerintah Libia mengungkapkan hal itu akhir pekan lalu. "Kami menghimbau perusahaan asing itu mengirim staf mereka kembali ke Libia dan kami akan memberikan konsesi yang lebih besar," janji Ghanim.Ghanim secara khusus mengundang perusahaan minyak asal China, India, dan Brasil agar datang ke Libia demi memperoleh konsesi tersebut. Maklum, jika tidak ada yang mengebor, produksi minyak di Libia benar-benar akan berhenti total. Pasokan dari Libia, produsen minyak terbesar ketiga di Afrika, sebelumnya telah turun sebanyak 195.000 barel per hari menjadi 1,38 juta barel selama Februari. "Selama Januari 2011 dan bulan sebelumnya, produksi minyak Libia rata-rata masih 1,58 juta barel per hari," demikian analisis dari Badan Energi Internasional berbasis di Paris dalam laporan bulanannya.Memonitor situasiSejak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan sanksi larangan terbang atas Libia, Kamis (17/3) harga minyak dunia di perdagangan New York sempat naik 2,2%. Lalu turun setelah rezim Kaddafi menawarkan gencatan senjata. Saat itu, harga minyak jenis Brent untuk pengiriman April 2011 turun 35 sen menjadi US$ 101,07 per barel.Total jenderal, sejak kerusuhan melanda Timur Tengah dan Afrika selama tiga bulan terakhir, harga minyak dunia telah naik 10%.Sementara terkait larang terbang, akhir pekan lalu, Angkatan Laut AS, Prancis, Kanada, Prancis, Inggris, dan Italia membombardir pertahanan udara Libia dan markas tentara Kaddafi . Sejak serangan itu, Kaddafi menyerukan pendukungnya menguasai Benghazi, kota terbesar kedua yang kini menjadi markas anti-Kaddafi. "Kami terus memonitor situasi," kata Juru Bicara OMV, perusahaan migas Italia di Libia. BP juga melakukan hal sama. Keduanya memiliki ladang minyak cukup besar di Libia. Arab Saudi menangguk untung