Produksi Minyak Merosot Menjadi 576.000 Barel Per Hari, Ini Penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi minyak di Indonesia saat ini merosot menjadi tinggal 576.000 barel minyak per hari. Penurunan produksi ini menjadi alarm bagi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) yang telah mematok target 1 juta barel per hari pada 2030 atau mundur tiga tahun ke 2033.

Jika produksi minyak terus menurun, target produksi 1 juta barel minyak per hari pada 2030 bisa saja lepas.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi Suryodipuro mengatakan, produksi minyak Indonesia secara year to date sampai dengan 15 April 2024 mencapai 576.000 barel per hari. 


Ia menjelaskan, produksi masih dalam proses ramp up mereaktivasi sumur-sumur kembali setelah beberapa kejadian unplanned shutdown karena kondisi banjir yang melanda sebagian KKKS di wilayah Sumatera (PHR, PHE Kampar, Tiara Bumi, SRMD dll) serta unplanned shutdown yang cukup berdampak seperti di BP Berau, BSP dan PHE OSES, dan lain-lain.

Menurut Hudi, kejadian banjir juga menyebabkan sejumlah kegiatan pemboran dan well services tidak dapat dilakukan, sehingga belum ada kontribusi dari kegiatan tersebut.

"Kami masih terus berupaya untuk mengejar target produksi 2024," kata Hudi kepada KONTAN, Kamis (18/4).

Baca Juga: Konflik Iran-Israel Panaskan Harga Minyak, Harga BBM Akan Naik?

Untuk tetap meningkatkan produksi, lanjut Hudi, SKK Migas mengakselerasi reaktivasi sumur dan juga percepatan pengeboran dan perawatan sumur.

Sementara itu, Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan penurunan produksi minyak ini sebenarnya sudah terjadi pada tahun lalu, tepatnya Agustus, secara konsisten produksi minyak di bawah 600 barrel per hari.

"Hal ini tentu saja tidak bagus mengingat target SKK Migas 1 juta barel minyak per hari pada 2033, yang mundur 3 tahun. Semestinya kalau mau mencapai target tersebut, harusnya trennya sekarang naik, bukan malah turun karena kenaikan produksi tidak bisa secara instan dan butuh waktu," ungkap Rizal kepada KONTAN, Kamis (18/4).

Rizal menuturkan, untuk meningkatkan produksi minyak membutuhkan waktu karena beberapa hal seperti investasi, teknologi, dan usaha yang luar biasa. Terlebih, lapangan pengeboran minyak saat ini sudah berumur tua sehingga secara natural menyebabkan produksi turun.

Untuk bisa menaikkan produksi, kata Rizal, hanya dua cara. Pertama, menggunakan teknologi Enhanced Oil Recovery dan melakukan eksplorasi secara masif dan besar-besar untuk menemukan cadangan-cadangan baru dan mempercepat produksi cadangan baru tersebut.

"Dua-duanya ini membutuhkan investasi yang luar biasa. Adanya teknologi membutuhkan investasi, eksplorasi juga justru lebih besar lagi karena risikonya tinggi," ujar Rizal.

Baca Juga: Menteri ESDM Minta Pertamina Optimalkan Produksi Blok ONWJ

Ia menuturkan, kondisi saat ini lebih dari 60% produksi minyak sudah dikuasai oleh Pertamina. Pertamina memang harus membuka diri seluas-luasnya, fleksibel, serta harus bisa beradaptasi menerima dan berkolaborasi dengan perusahaan minyak lain.

"Pertamina tidak bisa sendiri untuk mencapai target produksi. Pertamina harus menggandeng investor lain," tutur Rizal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat