KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menetapkan target produksi siap jual atawa lifting minyak pada tahun depan menyusut dari target tahun ini. Hal ini mengacu Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019. Pada tahun depan, pemerintah menargetkan lifting hanya 750.000 barel per hari (bph). Padahal tahun ini target lifting minyak 800.000 bph. Bukan hanya di 2019, dalam jangka menengah yakni 2020 hingga 2022, target bawah lifting minyak juga cenderung semakin rendah. Pada tahun 2020, misalnya, target lifting minyak berkisar 695.000–840.000 bph. Sedangkan target di 2021 hanya 651.000–802.000 bph, dan di 2022 turun lagi menjadi 589.000–800.000 bph. Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wisnu Perbawa mengaku, sulit mempertahankan produksi minyak di tahun depan. Pasalnya, produksi blok minyak Indonesia menurun secara alami alias decline rate. "Untuk crude, secara rata-rata blok yang sudah mature memang menurun, namun tetap dilakukan upaya pengembangan, agar decline rate-nya bisa minimal," kata dia, Selasa (21/8).
Produksi minyak nasional akan menurun pada 2019
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menetapkan target produksi siap jual atawa lifting minyak pada tahun depan menyusut dari target tahun ini. Hal ini mengacu Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019. Pada tahun depan, pemerintah menargetkan lifting hanya 750.000 barel per hari (bph). Padahal tahun ini target lifting minyak 800.000 bph. Bukan hanya di 2019, dalam jangka menengah yakni 2020 hingga 2022, target bawah lifting minyak juga cenderung semakin rendah. Pada tahun 2020, misalnya, target lifting minyak berkisar 695.000–840.000 bph. Sedangkan target di 2021 hanya 651.000–802.000 bph, dan di 2022 turun lagi menjadi 589.000–800.000 bph. Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wisnu Perbawa mengaku, sulit mempertahankan produksi minyak di tahun depan. Pasalnya, produksi blok minyak Indonesia menurun secara alami alias decline rate. "Untuk crude, secara rata-rata blok yang sudah mature memang menurun, namun tetap dilakukan upaya pengembangan, agar decline rate-nya bisa minimal," kata dia, Selasa (21/8).