JAKARTA. Sepuluh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) masih menjadi tumpuan pemerintah sebagai penghasil minyak pada tahun depan. Berdasarkan data dari Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas, BP Migas, PT Chevron Pacific Indonesia masih menjadi perusahaan terbesar penghasil minyak. Sedangkan anak perusahaan Pertamina, PT Pertamina EP masih menempati posisi kedua setelah CPI.Selain Chevron dan Pertamina EP, sepuluh perusahaan yang menjadi kontributor terbesar adalah PT Total Indonesie E&P, ConocoPhilips Blok B, dan CNOOC SES. Kemudian masih ada PHE ONWJ, Medco Rimau, Chevron Indonesia, BOB Pertamina, dan ExxonMobil (Cepu). Ke sepuluh perusahaan itu akan menyumbang sekitar 83% atau sekitar 808.000 barel per hari (bph). Seperti diketahui, tahun depan, produksi minyak nasional dipatok sebesar 970.000 bph. Target itu, lebih tinggi ketimbang target produksi minyak pada tahun ini yang hanya mencapai 965.000 bph."Untuk mencapai target 2011, upaya lainnya adalah perpanjangan kontrak blok Madura dan pemanfaatan fasilitas bersama antar KKKS," ujar Kepala BP Migas, R.Priyono saat presentasi kinerja migas tahun 2010, Kamis (23/12).Pada tahun ini, Indonesia kehilangan produksi minyak sebesar 24.965 bph. Sekitar 60% atau 14.819 bph berasal dari unplanned shutdown. Belum lagi dengan adanya perpanjangan plan shutdown oleh CNOOC membuat pemerintah harus kehilangan 512 bph. Jika dilihat, pada semester I 2010, tidak ada unplanned shutdown yang terjadi. Namun, sejak semester II 2010, unplanned shutdown banyak terjadi. Dari keseluruhan KKKS, yang paling banyak melakukan unplanned shutdown adalah CPI, yang dimulai pada Agustus 2010. CPI mematikan 1.000 sumur di Duri karena ada kebakaran di fasilitas Flare.Tahun ini, produksi minyak Indonesia meleset dari target APBN. Berdasarkan target APBN, produksi minyak mencapai 965.000 bph. Namun, pada kenyataannya, produksi minyak Indonesia hanya mampu mencapai 954.000 bph. Penurunan itu, kata Priyono lantaran banyaknya unplanned shutdown dan bocornya pipa gas TGI yang mengakibatkan Chevron harus kehilangan produksi sebesar 160.000 bph. "Jika tahun depan, unplanned shutdown tidak sebanyak tahun ini. Tahun depan, produksi minyak akan mencapai target 970.000 bph," jelas Priyono.Demi mencegah hal itu, ada beberapa upaya yang bakal dilakukan BP Migas. Pertama, meningkatkan kehandalan operasi peralatan produksi dan kelistrikan. Kedua, meningkatkan kelancaran dan efisiensi operasi. Ketiga, BP Migas akan melakukan monitor sebagai tindakan pengawasan. "Indonesia baru bisa mencapai produksi minyak 1,157 juta bph pada tahun 2014," jelas Priyono.Capex 2011Deputi Perencanaan BP Migas Haposan Napitupulu mengungkapkan, belanja modal (capital expenditure/capex) pada tahun depan mencapai US$ 18,906 miliar. Masing-masing untuk biaya blok eksplorasi sebesar US$ 3,188 miliar dan untuk biaya blok eksploitasi sebesar US$ 15,718 miliar. "Biaya eksploitasi terdiri dari eksplorasi sebesar US$ 1,244 miliar, biaya pengembangan sebesar US$ 3,168 miliar, biaya produksi sebesar US$ 10, 425 miliar dan sisanya untuk administrasi," jelas Haposan Napitupulu.Jumlah sumur blok eksplorasi yang akan dibor sebanyak 96 sumur. Sedangkan blok eksploitasi yang akan dibor mencapai 836 sumur. "Tahun depan masih banyak sumur yang akan dibor karena sumur yang tidak berhasil di bor pada tahun ini akan di carry over pada tahun depan," kata Haposan.Priyono menambahkan, tahun depan, potensi untuk menaikkan produksi minyak ada. Pasalnya, Indonesia mendapatkan tambahan temuan cadangan sekitar 230 juta barel oil (mmbo). Cadangan itu berasal dari Seleraya Merangin, Petrochina Jabung, CPI, SPE West Kampar dan Pertamina EP. Kemudian masih ada JOB Pertamina-Petrochina East Java, Petrochina Kepala Burung, ENI Muara Bakau dan Anadarko-Nunukan."Selain minyak, kita juga akan mendapatkan tambahan gas sebesar 2,8 triliun standard cubic feet gas (TSCF)," kata Priyono.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Produksi minyak Pertamina EP masih belum bisa kalahkan Chevron
JAKARTA. Sepuluh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) masih menjadi tumpuan pemerintah sebagai penghasil minyak pada tahun depan. Berdasarkan data dari Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas, BP Migas, PT Chevron Pacific Indonesia masih menjadi perusahaan terbesar penghasil minyak. Sedangkan anak perusahaan Pertamina, PT Pertamina EP masih menempati posisi kedua setelah CPI.Selain Chevron dan Pertamina EP, sepuluh perusahaan yang menjadi kontributor terbesar adalah PT Total Indonesie E&P, ConocoPhilips Blok B, dan CNOOC SES. Kemudian masih ada PHE ONWJ, Medco Rimau, Chevron Indonesia, BOB Pertamina, dan ExxonMobil (Cepu). Ke sepuluh perusahaan itu akan menyumbang sekitar 83% atau sekitar 808.000 barel per hari (bph). Seperti diketahui, tahun depan, produksi minyak nasional dipatok sebesar 970.000 bph. Target itu, lebih tinggi ketimbang target produksi minyak pada tahun ini yang hanya mencapai 965.000 bph."Untuk mencapai target 2011, upaya lainnya adalah perpanjangan kontrak blok Madura dan pemanfaatan fasilitas bersama antar KKKS," ujar Kepala BP Migas, R.Priyono saat presentasi kinerja migas tahun 2010, Kamis (23/12).Pada tahun ini, Indonesia kehilangan produksi minyak sebesar 24.965 bph. Sekitar 60% atau 14.819 bph berasal dari unplanned shutdown. Belum lagi dengan adanya perpanjangan plan shutdown oleh CNOOC membuat pemerintah harus kehilangan 512 bph. Jika dilihat, pada semester I 2010, tidak ada unplanned shutdown yang terjadi. Namun, sejak semester II 2010, unplanned shutdown banyak terjadi. Dari keseluruhan KKKS, yang paling banyak melakukan unplanned shutdown adalah CPI, yang dimulai pada Agustus 2010. CPI mematikan 1.000 sumur di Duri karena ada kebakaran di fasilitas Flare.Tahun ini, produksi minyak Indonesia meleset dari target APBN. Berdasarkan target APBN, produksi minyak mencapai 965.000 bph. Namun, pada kenyataannya, produksi minyak Indonesia hanya mampu mencapai 954.000 bph. Penurunan itu, kata Priyono lantaran banyaknya unplanned shutdown dan bocornya pipa gas TGI yang mengakibatkan Chevron harus kehilangan produksi sebesar 160.000 bph. "Jika tahun depan, unplanned shutdown tidak sebanyak tahun ini. Tahun depan, produksi minyak akan mencapai target 970.000 bph," jelas Priyono.Demi mencegah hal itu, ada beberapa upaya yang bakal dilakukan BP Migas. Pertama, meningkatkan kehandalan operasi peralatan produksi dan kelistrikan. Kedua, meningkatkan kelancaran dan efisiensi operasi. Ketiga, BP Migas akan melakukan monitor sebagai tindakan pengawasan. "Indonesia baru bisa mencapai produksi minyak 1,157 juta bph pada tahun 2014," jelas Priyono.Capex 2011Deputi Perencanaan BP Migas Haposan Napitupulu mengungkapkan, belanja modal (capital expenditure/capex) pada tahun depan mencapai US$ 18,906 miliar. Masing-masing untuk biaya blok eksplorasi sebesar US$ 3,188 miliar dan untuk biaya blok eksploitasi sebesar US$ 15,718 miliar. "Biaya eksploitasi terdiri dari eksplorasi sebesar US$ 1,244 miliar, biaya pengembangan sebesar US$ 3,168 miliar, biaya produksi sebesar US$ 10, 425 miliar dan sisanya untuk administrasi," jelas Haposan Napitupulu.Jumlah sumur blok eksplorasi yang akan dibor sebanyak 96 sumur. Sedangkan blok eksploitasi yang akan dibor mencapai 836 sumur. "Tahun depan masih banyak sumur yang akan dibor karena sumur yang tidak berhasil di bor pada tahun ini akan di carry over pada tahun depan," kata Haposan.Priyono menambahkan, tahun depan, potensi untuk menaikkan produksi minyak ada. Pasalnya, Indonesia mendapatkan tambahan temuan cadangan sekitar 230 juta barel oil (mmbo). Cadangan itu berasal dari Seleraya Merangin, Petrochina Jabung, CPI, SPE West Kampar dan Pertamina EP. Kemudian masih ada JOB Pertamina-Petrochina East Java, Petrochina Kepala Burung, ENI Muara Bakau dan Anadarko-Nunukan."Selain minyak, kita juga akan mendapatkan tambahan gas sebesar 2,8 triliun standard cubic feet gas (TSCF)," kata Priyono.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News