JAKARTA. Seiring belum adanya sumber minyak baru, target produksi minyak yang bisa dijual atawa lifting sepanjang 2014 sebesar 818.000 barel per hari (bph) berpotensi meleset. Maklum, saat ini produksi migas rata-rata baru mencapai 792.000 bph. Lantaran lifting minyak melesat sudah pasti pendapatan negara juga ikut berkurang. Naryanto Wagimin, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menuturkan, saat ini pemerintah hanya mengandalkan produksi minyak dari Blok Cepu. "Untuk target lifting minyak belum terpenuhi, tanggungan saat ini kan cuma satu di Cepu. Susah, sekarang saja 794.000 bph," tutur Naryanto, Selasa (4/11). Johannes Widjonarko, Plt Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas) menambahkan, target penerimaan negara sebesar US$ 29,7 miliar tidak akan tercapai. "Kami sudah mengupayakan penurunan lifting minyak tidak lebih dari 5% dari masing-masing wilayah produksi," imbuh dia.
Produksi minyak RI rata-rata cuma 792.000 Bph
JAKARTA. Seiring belum adanya sumber minyak baru, target produksi minyak yang bisa dijual atawa lifting sepanjang 2014 sebesar 818.000 barel per hari (bph) berpotensi meleset. Maklum, saat ini produksi migas rata-rata baru mencapai 792.000 bph. Lantaran lifting minyak melesat sudah pasti pendapatan negara juga ikut berkurang. Naryanto Wagimin, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menuturkan, saat ini pemerintah hanya mengandalkan produksi minyak dari Blok Cepu. "Untuk target lifting minyak belum terpenuhi, tanggungan saat ini kan cuma satu di Cepu. Susah, sekarang saja 794.000 bph," tutur Naryanto, Selasa (4/11). Johannes Widjonarko, Plt Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas) menambahkan, target penerimaan negara sebesar US$ 29,7 miliar tidak akan tercapai. "Kami sudah mengupayakan penurunan lifting minyak tidak lebih dari 5% dari masing-masing wilayah produksi," imbuh dia.