JAKARTA. Peningkatan produksi jagung dalam negeri selama periode Januari Mei 2012 membuat impor jagung menurun. Jika pada periode yang sama tahun sebelumnya, realisasi impor jagung mencapai 1,4 juta ton, maka pada periode yang sama tahun ini turun 67% menjadi 460.000 ton. Hanya saja, impor jagung diperkitakan akan kembali naik pada semester II 2012. Sudirman, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) mengatakan, pada semester I tahun ini, panen jagung di Tanah Air telah mencapai 60% dari total produksi nasional. Walhasil, semester II nanti, panen jagung hanya sebesar 40%. Oleh karena itu, "Impor jagung semester II naik lebih tinggi dibandingkan semester pertama," katanya, Senin (4/6) kemarin.
Data di Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kemtan) menunjukkan, tahun ini produksi jagung pipilan kering nasional diperkirakan mencapai 18,8 juta ton, naik dari 2011 yang sebesar 17,6 juta ton. Dengan produksi sebesar itu, hingga akhir tahun ini GPMT memperkirakan total impor jagung mencapai 1,5 juta ton. Perkiraan total impor jagung GPMT tersebut 33% lebih tinggi dibanding yang diharapkan Kementan. Kebutuhan naik Tahun ini, Kemtan memang hanya menargetkan total impor jagung sebanyak 1 juta ton. Jumlah itu sangat jauh dari realisasi impor jagung tahun lalu yang sebanyak 3,1 juta ton dan 1,9 juta ton pada 2010. Selain Amerika Serikat, jagung impor didatangkan dari Brasil, Argentina, India, Thailand, dan dari Myanmar. Udoro Kasih Anggoro, Dirjen Tanaman Pangan Kementan mengatakan, untuk mencapai target penurunan impor jagung tersebut, maka pihaknya berupaya menggenjot produksi jagung lokal. Caranya, dengan menambah lahan kebun baru, terutama di luar Jawa. "Kita akan menambah lahan perkebunan jagung di Dompu, Nusa Tenggara Barat," kata Udoro, kemarin. Rencananya, lahan kebun jagung di Dompu tersebut luasnya mencapai 15.000 hektare. Dengan penambahan itu, maka luas total lahan kebun jagung di Dompu akan mencapai 45.000 hektare. Menurut Sudirman, Indonesia masih memerlukan tambahan impor jagung yang besar karena kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak diperkirakan akan terus mengalami peningkatan. Bila tahun lalu kebutuhan jagung untuk industri pakan hanya 6 juta ton, tahun ini diprediksi naik menjadi 6,75 juta ton. Peningkatan kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak seiring mulai beroperasinya beberapa pabrik pakan baru di Indonesia. Tanpa mau mengatakan lebih rinci, Sudirman bilang, tahun ini ada tiga pabrik pengolahan pakan ternak baru yang dibangun. Ketiga pabrik pakan ternak tersebut masing-masing berkapasitas 20 ton per jam. Salah satu perusahaan yang akan menambah pabrik pakan adalah PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN). Perusahaan ini mengalokasikan dana sebesar Rp 500 miliar untuk membangun tiga unit pabrik pakan ternak atau feedmill baru di Cirebon dan Bali. Tiga pabrik itu diharapkan mampu mendorong kapasitas produksi sebesar 40% dari sebelumnya sebesar 2,5 juta ton per tahun.
Sementara itu Anang Hermanta, Direktur Marketing PT Sinta Prima Feedmill bilang, peningkatan produksi jagung dalam negeri membuat suplai jagung pada awal tahun ini ke industri cukup lancar. "Mulai Maret hingga saat ini belum ada kendala berarti," katanya. Walaupun begitu, Anang berharap impor jagung tetap dilakukan agar pasokan dan stok jagung untuk industri pakan ternak tetap terjamin. Sebab, mulai bulan ini panen jagung di beberapa sentra sudah selesai. Dengan produksi sekitar 15.000 ton pakan per bulan, Sinta Prima membutuhkan jagung sebanyak 7.500 ton per bulan. Menurut Anang, saat ini harga jagung di kisaran Rp 2.900 per kg, naik dari saat panen raya jagung Maret lalu sebesar Rp 2.650 per kg. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Asnil Amri