JAKARTA. Produksi komoditas tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai pada tahun ini diproyeksi jauh dari target harapan. Berdasarkan angka ramalan (Aram) I yang dirilis Badan Pusat statistik (BPS), produksi padi tahun 2014 diperkirakan sebanyak 69,87 juta ton. Sementara untuk jagung sebanyak 18,5 juta ton dan kedelai hanya 892.600 ton. Padahal, Kementerian Pertanian (Kementan) sebelumnya menargetkan adanya peningkatan produksi dari ketiga komoditas pangan utama tersebut. Untuk padi, Kementan tahun ini menargetkan produksi sebanyak 73,16 juta ton. Sedangkan untuk jagung 20,08 juta ton, dan kedelai 1,26 juta ton. Berdasarkan Aram I, produksi padi tahun ini lebih rendah 1,98% dibandingkan tahun lalu yang mencapai 71,28 juta ton. Untuk komoditas jagung, tahun ini produksinya diperkirakan mengalami kenaikan tipis sebesar 0,20% dibanding tahun lalu sebesar 18,51 juta ton. Dan, kedelai produksi tahun ini diperkirakan meningkat 14,44% dari 779.990 ton. Kepala BPS Suryamin mengatakan, penurunan proyeksi produksi padi pada tahun ini dikarenakan faktor penurunan luas panen dan produktivitas. Penurunan produksi tersebut dikarenakan bencana alam, dan perubahan pola tanaman. "Karena banjir, banyak yang puso. Luas lahan (padi) ada yang berpindah ditanami jagung dan kedelai," kata Suryamin, Selasa (1/7). Mengutip data BPS, penurunan luas lahan padi tahun ini diproyeksi mencapai 265.310 hektare (ha). Penurunan produksi padi pada tahun ini yang relatif besar terjadi di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten dan Sumatera Selatan. Untuk produksi jagung, kenaikan produksi tersebut dikarenakan adanya pengembangan jagung jenis baru yakni hibrida yang mengakibatkan produksi meningkat. Sementara itu, untuk peningkatan produksi kedelai disebabkan oleh luasan panen yang mengalami kenaikan. Beberapa kebijakan yang merangsang kenaikan produksi kedelai tersebut adalah penerapan Harga beli petani (HBP). Namun, sayang kebijakan tersebut masih belum dapat mengerek produksi sesuai yang diharapkan. "Masih jauh dari target," kata Suryamin.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Produksi padi, jagung dan kedelai tak capai target
JAKARTA. Produksi komoditas tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai pada tahun ini diproyeksi jauh dari target harapan. Berdasarkan angka ramalan (Aram) I yang dirilis Badan Pusat statistik (BPS), produksi padi tahun 2014 diperkirakan sebanyak 69,87 juta ton. Sementara untuk jagung sebanyak 18,5 juta ton dan kedelai hanya 892.600 ton. Padahal, Kementerian Pertanian (Kementan) sebelumnya menargetkan adanya peningkatan produksi dari ketiga komoditas pangan utama tersebut. Untuk padi, Kementan tahun ini menargetkan produksi sebanyak 73,16 juta ton. Sedangkan untuk jagung 20,08 juta ton, dan kedelai 1,26 juta ton. Berdasarkan Aram I, produksi padi tahun ini lebih rendah 1,98% dibandingkan tahun lalu yang mencapai 71,28 juta ton. Untuk komoditas jagung, tahun ini produksinya diperkirakan mengalami kenaikan tipis sebesar 0,20% dibanding tahun lalu sebesar 18,51 juta ton. Dan, kedelai produksi tahun ini diperkirakan meningkat 14,44% dari 779.990 ton. Kepala BPS Suryamin mengatakan, penurunan proyeksi produksi padi pada tahun ini dikarenakan faktor penurunan luas panen dan produktivitas. Penurunan produksi tersebut dikarenakan bencana alam, dan perubahan pola tanaman. "Karena banjir, banyak yang puso. Luas lahan (padi) ada yang berpindah ditanami jagung dan kedelai," kata Suryamin, Selasa (1/7). Mengutip data BPS, penurunan luas lahan padi tahun ini diproyeksi mencapai 265.310 hektare (ha). Penurunan produksi padi pada tahun ini yang relatif besar terjadi di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten dan Sumatera Selatan. Untuk produksi jagung, kenaikan produksi tersebut dikarenakan adanya pengembangan jagung jenis baru yakni hibrida yang mengakibatkan produksi meningkat. Sementara itu, untuk peningkatan produksi kedelai disebabkan oleh luasan panen yang mengalami kenaikan. Beberapa kebijakan yang merangsang kenaikan produksi kedelai tersebut adalah penerapan Harga beli petani (HBP). Namun, sayang kebijakan tersebut masih belum dapat mengerek produksi sesuai yang diharapkan. "Masih jauh dari target," kata Suryamin.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News