Produksi rempah Indonesia masih terpuruk



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Dewan Rempah Indonesia (DRI) Gamal Nasir menilai saat ini produksi rempah di Indonesia masih mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan umur tanamannya yang sudah tua serta belum adanya peremajaan, program intensifikasi yang dilakukan pemerintah.

"Memang belum ada datanya, namun menurut saya produksi rempah dari zaman penjajahan sampai sekarang mengalami penurunan produksi 30%-50%. Saat ini memang belum ada program peremajaan dan intensifikasi. Sampai saat ini petani-petani baru melakukan pemupukan dan pemeliharaan tanaman secara pribadi dan baru sebagian kecil," tutur Gamal kepada Kontan.co.id, Kamis (5/10).

Gamal mengungkap, penurunan produksi komoditas rempah ini tidak disebabkan oleh petani yang beralih menanam komoditas tanaman lain. Dia bahkan berpendapat, petani enggam beralih karena harga komoditas rempah masih tinggi. Komoditas rempah seperti pala, lada, dan cengkeh bahkan masih diekspor ke negara lain.


Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, akan menganggarkan dana sekitar Rp 5,5 triliun untuk pembelian bibit rempah. Gamal pun mengungkap dia sudah mengetahui tentang kabar tersebut. Hanya saja, dia mengaku belum tahu persis berapa dana yang akan benar-benar dianggarkan khusus untuk rempah.

"Saya belum tahu persis berapa besar dananya, kita tunggu saja bagaimana ke depannya. Syukur-syukur kalau dananya bisa sampai Rp 5,7 triliun. Petani bisa senang apalagi untuk memenuhi kebutuhan pupuk. Petani saat ini masih sulit untuk membeli pupuk," tutur Gamal.

Abdul Azis Sosek, Kasubdit Lada, Pala, Cengkeh Kemtan mengungkap kemtan akan fokus meningkatkan produksi pala, lada, dan cengkeh, serta komoditas spesifiki lokal seperti vanilli, gambir, dan kayu manis. Gamal mengungkap, pala, lada dan cengkeh memang merupakan komoditas rempah yang memiliki potensi yang tinggi. Namun menurutnya masih ada komoditas rempah lain seperti jahe yang berpotensi untuk ditingkatkan produktivitasnya dan memiliki pasar yang besar.

Gamal sepakat bila pemerintah menyediakan dana untuk penyediaan bibit untuk peremajaan, namun dia pun mengungkap bahwa pemerintah harus memiliki pemetaan yang jelas. Menurutnya, replanting membutuhkan waktu yang cukup lama untuk meningkatkan produktivitas. Berbeda dengan program intensifikasi yang bisa mengembalikan produktivitas rempah dalam waktu cukup singkat.

"Menurut saya coba diintensifikasi dulu lah. Coba dibersihkan semua pohon yang ada, dipupuk, hamanya dihilangkan, pokoknya intensifikasim Lakukan budi daya dengan benar, itu sudah bisa meningkatkan produktivitas. Mungkin dua kali lipat. Yang penting dimapping dulu, perlu diintensifikasi atau peremajaan, bagaimana untuk petani agar menghasilkan secara cepat produktivitasnya dan meningkatkan penghasilannya," ujar Gamalm

Sementara itu, menurutnya pemerintah harus gencar memberikan penyuluhan kepada perani rempah dalam melakukan pemeliharaan tanamannya. "Yang penting petani di daerah itu digerakkan supaya melakukan pemeliharaan. Harus gencar, seperti komoditas pangan kan penyuluhannya ada," katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia