jakarta. Produksi susu terus meningkat setiap tahun. Bahkan, tahun lalu produksi susu nasional berhasil melewati target yang dipatok, walaupun tetap belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan susu nasional. Kementerian Pertanian (Kementan) berjanji akan terus berupaya agar produksi susu lebih tinggi lagi. Laporan kementerian Pertanian menunjukkan, realisasi produksi susu nasional tahun 2010 mencapai 690.000 ton. "Produksi ini melebihi target yang dipatok sebesar 0,67 juta ton," kata Menteri Pertanian Suswono, belum lama ini. Ketua Umum Dewan Persusuan Nasional Teguh Budiyana mengakui, walaupun meningkat, produksi susu nasional saat ini baru bisa memenuhi sekitar 25% dari kebutuhan. Hanya, dari potensi yang ada, produksi susu bisa ditingkatkan minimal menjadi 30% dari kebutuhan nasional pada tahun 2014.
Untuk bisa menggenjot produksi susu nasional itu dibutuhkan tambahan sapi sekitar 10.000 ekor per tahun. Hanya saja, sampai saat ini populasi tidak kunjung bertambah signifikan. "Buktinya, tahun 2010 lalu impor sapi perah hanya sekitar 1.000 ekor," kata Budi, Selasa (4/1). Optimalisasi genetis Bisa saja, menurut Budi, produksi susu ditingkatkan tanpa harus menambah jumlah populasi sapi. Cuma, harus ada optimalisasi genetis, sehingga bisa mengoptimalkan produktivitas sapi perah. Optimalisasi genetis ini bisa dilakukan dengan pemberian pakan ternak yang baik. Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengatasi penyakit mastitis yang biasa menghinggapi sapi perah. "Penyakit mastitis yang diderita sapi bisa membuat produksi susu menurun 10%," ungkap Teguh. Sekedar catatan, gejala serangan penyakit mastitis ini adalah luka pada ambing atau puting sapi. Penyakit tersebut mengakibatkan produktivitas susu yang bisa dihasilkan sapi perah melorot. Jika optimalisasi genetis dan penyakit tersebut bisa dicegah, Teguh optimis produktivitas susu nasional bisa meningkat minimal 10%. Catatan saja, saat ini produktivitas susu nasional sekitar 10 liter - 12 liter per ekor per hari. "Jadi rata-rata produksi susu segar kita saat ini sekitar 1.500 ton per hari," ujarnya. Produktivitas tersebut masih belum bisa mengimbangi kebutuhan susu di dalam negeri. Akibatnya, laju impor susu masih terbilang tinggi. Dalam setahun, nilai impor susu Indonesia mencapai sekitar US$ 600 juta. Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan, tingginya impor susu. Menurut BPS, impor susu selama Januari - November 2010 mencapai 175.325 ton, kebanyakan berasal dari Selandia Baru, Amerika Serikat, Australia, Perancis dan Belanda. Untuk menekan impor, menurut Teguh, tak ada cara selain menaikkan produktivitas susu dalam negeri. Soalnya, kalau produktivitas tidak meningkat, sementara kebutuhannya makin besar, akhirnya impor akan terus bertambah. Masalah rendahnya produktivitas susu sapi memang masih menjadi momok bagi para peternak sapi. Dan rupanya bukan merupakan perkara mudah untuk meningkatkan produktivitas susu sapi perah yang rata-rata masih kurang dari 12 liter per hari.
Alhasil, dari total kebutuhan susu segar nasional yang mencapai 5.200 ton hingga 5.600 ton per hari, produksi susu nasional baru bisa memenuhi seperempatnya. Sementara, konsumsi susu di dalam negeri akan terus meningkat. Bila tahun 2009 konsumsi susu nasional cuma 10 liter per kapita per tahun, pada tahun 2010, konsumsi tersebut tumbuh 10% menjadi 11 liter per kapita. Ketua Umum Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS), Aun Gunawan pernah mengatakan, masih rendahkan produktivitas sapi perah lokal ini antara lain karena pengaruh dari pakan yang masih kurang memadai dan kondisi kandang. Di Indonesia, produksi susu segar ini terpusat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Yogyakarta. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini