Produksi tambang bawah tanah Freeport lebih besar ketimbang open pit



KONTAN.CO.ID -  TEMBAGAPURA. Saat ini kontribusi tambang terbuka atau open pit Grasberg milik PT Freeport Indonesia terus turun. Hal ini karena pada tahun ini penambangan terbuka tersebut akan ditutup dan dilanjutkan dengan penambangan bawah tanah.

Tony Wenas, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia menjelaskan bahwa perusahaan sudah mengembangkan tambang bawah tanah sejak 2004 lalu. Saat ini sudah ada dua tambang bawah tanah yang beroperasi dan dua yang sedang dikembangkan.

Baca Juga: Produksi Freeport Indonesia tahun 2019 dan 2020 akan turun hingga 50%


"2004 itu sudah kami kembangkan infrastruktur project-nya dan sudah US$ 6 miliar lebih investasi. Itu bagian dari upaya kami untuk mengembangkan tambang freeport ke depan yakni underground mining," ujarnya di Tembagapura, Sabtu (27/7).

Tambang Grasberg sendiri yang sudah beroperasi sejak 1990 dan memproduksi 3 juta ton konsentrat per tahun akan ditutup pada akhir tahun ini. Oleh karena itu, porsi produksi dari tambang bawah saat ini jauh lebih besar ketimbang open pit.

Baca Juga: Freeport ajukan tambahan kuota produksi konsentrat tembaga hingga 300.000 ton

"Dari total produksi, sekarang ini sekitar 28 juta ton per tahun dari tambang bawah tanah. Sekarang Grasberg open pit-nya tinggal 11-12 juta ton per tahun, sudah lebih banyak dari bawah tanah karena open pitnua tinggal sisa-sisa saja," lanjutnya.

Ia menyatakan dalam dua tahun masa transisi ini sekitar 40-50% produksi Freeport akam berkurang. Tahun depan diprediksi hanua akan memproduksi sekitar 40 juta ton, tahun 2021 hanya sekitar 60juta ton dan baru pada tahun 2022 produksinya bisa stabil di 200.000 ton per hari.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli