Produksi tambang emas Ancora Indonesia Resources (OKAS) di Lombok meleset dari target



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyeksi PT Ancora Indonesia Resources Tbk untuk dapat memulai menambang emas meleset dari target. Pada akhir Juni lalu, Ancora mengharap proses penambangan emas sudah dapat dijalankan. Namun, hingga kini Ancora masih menyelesaikan sejumlah perizinan dan mengatur strategi pendanaan.

Direktur Utama Ancora Indonesia Resources, Teddy Kusumah Somantri menyebut, saat ini pihaknya tengah menunggu keluarnya Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi dari Kementerian ESDM. 

Namun, walau IUP Operasi Produksi sudah keluar, Ancora tak bisa langsung berproduksi karena masih harus menyelesaikan ijin pinjam-pakai kawasan hutan yang ada wilayah tambang Ancora.


Alhasil, target untuk produksi pun kembali bergeser. “Kita ingin cepat, kalau semua administrasinya selesai satu bulan, November kita produksi, meski mulai efektifnya mungkin awal tahun depan,” ujar Teddy kepada Kontan.co.id, Rabu (19/9).

Emiten berkode saham OKAS di Bursa Efek Indonesia ini sebelumnya mengakuisisi 100% saham Southern Arc Mineral Inc, yang merupakan pemilik dari di Indotan Lombok Pte. 

Saat ini, ada tiga prospek site yang akan digarap Ancora. Pertama adalah site Raja, menyusul dua site lainnya, yakni Macanggah dan Selodong dengan luas total sekitar 10.088 hektare.

Site Raja akan menjadi yang pertama digarap karena pertimbangan teknis eksplorasi yang lebih siap dibandingkan dengan dua site lainnya. Raja sendiri diperkirakan memiliki cadangan emas sebanyak 322.000 troi ons, dengan umur tambang sekitar delapan tahun.

Sementara untuk Macanggah dan Selodong, Teddy bilang, cadangannya lebih besar daripada Raja. Namun, ia masih belum bisa mengungkapkan besarannya. “Dua laginya (Macanggah dan Selodong) lebih besar. Tapi kita konsentrasi ke Raja dulu, sambil melakukan eksplorasi yang lebih dalam di dua site tersebut,” imbuh Teddy.

Untuk menggarap site Raja ini saja, Ancora membutuhkan dana sebesar US$ 20 juta. Sedangkan biaya keseluruhan untuk site Raja serta eksplorasi Macanggah dan Selodong Ancora setidaknya membutuhkan US$ 30 juta.

Selain soal administrasi dan perijinan, pergeseran target produksi juga terjadi karena Ancora masih menyusun strategi pendanaan. Teddy bilang, pihaknya masih menghitungkan apakah akan mendapatkan pendanaan melalui financing atau pinjaman bank atau melakukan aksi korporasi dengan mengeluarkan Right Issue.

“Ini adalah part dari penjaminan kita untuk working capital. Kita masih menyusun, kita juga lihat dari kondisi market,” imbuh Teddy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .