JAKARTA. Perusahaan perkebunan teh, PT Pagilaran, menargetkan kenaikan produksi hingga 30% di tahun ini. Tahun 2011, produksi teh Pagilaran mencapai 6.000 ton. Alhasil, target produksi tahun ini di angka 7.800 ton. Namun, pencapaian target tersebut terasa berat jika mengacu produksi selama tiga bulan pertama 2012. Penyebabnya adalah musim angin barat yang menyebabkan produksi teh Pagilaran tidak maksimal. Rachmad Gunadi, Direktur Utama PT Pagilaran, mengatakan, akibat cuaca yang tak mendukung di sebagian besar wilayah Indonesia, produksi teh di kuartal I-2012 hanya mencapai 80%-95% dari target kuartalan. Pagilaran menargetkan produksi teh kuartal I-2012 sebanyak 2.400 ton.
Rachmad bilang, sebagian besar lahan perkebunan milik perusahaannya berada di lahan terbuka. "Perkebunan teh yang paling terkena dampaknya berada di lereng perbukitan," katanya, Selasa (27/3). Namun untuk kuartal selanjutnya, Rachmad optimistis produktivitas teh Pagilaran akan meningkat. Apalagi melihat kondisi cuaca yang semakin membaik belakangan ini. "Pada Mei nanti curah hujan sedikit," katanya. Intensifikasi lahan Penurunan produksi teh yang dialami Pagilaran kemungkinan juga dialami perusahaan perkebunan teh lain di Indonesia. Atik Darmadi, Sekretaris Eksekutif Asosiasi Teh Indonesia (ATI) mengatakan, tren produksi teh di awal tahun memang lebih rendah. "Musim hujan dan angin berpengaruh pada seluruh kinerja tanaman teh," katanya. Atik memperkirakan, produksi akan mengalami recovery pada akhir April mendatang. Sebab saat April nanti curah hujan mulai berkurang dan sinar matahari sudah mulai meninggi intensitasnya. Berdasarkan data ATI, produksi teh nasional pada tahun lalu mencapai 124.000 ton. Walau mengalami tren penurunan di awal tahun, Atik optimis produksi teh keseluruhan tahun 2012 akan peningkatan 5%-10%, atau menjadi 136.400 ton. "Pencapaian target juga tergantung cuaca," kata Atik. Yang pasti, untuk mengejar target produksi teh tahun ini, Pagilaran telah mempersiapkan beberapa langkah. Salah satunya dengan intensifikasi lahan. Sebenarnya ini bukan langkah baru. Soalnya, saban tahun, Rachmad bilang, perusahaannya melakukan intensifikasi lahan sebanyak 2,5%-5% dari total lahan perusahaan yang mencapai 1.113 hektare (ha). Selain itu, perusahaan ini juga akan meremajakan tanaman-tanaman yang sudah tua atau replanting, seluas 30 ha untuk tahun ini. Tidak hanya itu, Pagilaran juga mengandalkan suplai teh dari perkebunan plasma. Tanpa menyebut angka persisnya, menurut Rachmad, hasil produksi teh plasma hampir sama dengan total produksi perusahaan. Rata-rata perbulan produksi teh plasma mencapai 700 ton.
Produksi teh Pagilaran dihasilkan dari areal kebun di daerah Segayung Utara, Batang, Jawa Tengah. Selain itu perusahaan ini juga memiliki beberapa unit produksi di Jatilawang, Kaliboja, Pagilaran, Samigaluh, Segayung Utara, dan Sidoharjo, Jawa Tengah. Sebanyak 80% dari seluruh produksi teh Pagilaran di ekspor. Pasar utama ekspor teh perusahaan ini adalah Amerika Serikat (AS), yakni mencapai 54%. Selain negara Paman Sam tersebut, Pagilaran juga mengekspor teh ke Eropa dan Timur Tengah. Selain teh, produk lain perusahaan ini adalah kakao, kopi, kelapa, cengkeh, dan kina. Jenis produk teh yang dihasilkan Pagilaran adalah teh hitam ortodok. Menurut Rachmad, Pagilaran sengaja memilih produk teh hitam lantaran harga yang relatif stabil. Saat ini, harga teh hitam ortodok berkisar Rp 8.000 sampai Rp 16.000 per kg. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie