Produksi turun, harga CPO menghangat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi penurunan produksi membuat harga minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) mulai menunjukkan sinyal penguatan. Kemarin, harga CPO kontrak pengiriman Mei 2018 di Malaysia Derivatives Exchange naik 0,17% ke level RM 2.380 per metrik ton (MT).

Analis PT Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, sentimen utama penguatan harga datang dari proyeksi Godrej International Ltd. Dalam paparannya, Dorab Mistry, Direktur Godrej International Ltd memangkas perkiraan produksi CPO di Indonesia dan Malaysia pada tahun ini.

Di mana, produksi CPO Indonesia berkurang dari 38 juta ton menjadi 37,5 juta ton. Sedangkan CPO Malaysia menjadi 20,5 juta ton dari sebelumnya 21 juta ton.


Selain produksi, stok CPO di dua produsen terbesar ini turun dari 4,5 juta ton menjadi 4 juta ton. "Penurunan stok juga mendorong penguatan," kata Deddy, Senin (12/3).

Meski menguat, pergerakan CPO masih dibatasi keunggulan ringgit Malaysia. Jatuhnya indeks dollar AS pasca rilis data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang variatif menyebabkan ringgit perkasa terhadap dollar AS. Senin (12/3) pukul 17.50 WIB, ringgit menguat 0,18% terhadap dollar AS di level RM 3,9045.

Penguatan ringgit selalu menahan kenaikan harga CPO. Karena membuat harga CPO lebih mahal untuk pemilik mata uang lainnya. Nah, jika The Federal Reserve jadi menaikkan suku bunga, ada potensi ringgit kembali melemah. Penguatan dollar AS berpeluang menjadi sentimen positif bagi harga CPO.

Selain itu, CPO juga berpotensi menguat karena peningkatan konsumsi domestik. Tahun ini, pemerintah berencana meningkatkan penggunaan CPO untuk program biodisel. Meski ekspor terbatas, tetapi peningkatan konsumsi dalam negeri tetap dapat menopang harga. "Belum lagi menjelang Ramadan sekitar April, ada peningkatan permintaan dari Timur Tengah," tambah Deddy.

Dalam perhitungannya, harga CPO di akhir kuartal I-2018 berada di kisaran RM 2.320–RM 2.400 per metrik ton. Sementara untuk hari ini, harga CPO diprediksi Deddy berada dalam rentang RM 2.379–RM 2.422 per metrik ton.

Secara teknikal, harga CPO berada di bawah moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200 yang mengindikasikan pelemahan. Indikator moving average convergence divergence (MACD) juga berada di area negatif dan indikator relative strength indeks (RSI) berpotensi melemah di level 31. "Tetapi indikator stochastic berada di level 31 yang menunjukkan potensi rebound," pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati