YOGYAKARTA. Produksi udang galah terus di genjot. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan luas areal pembudidayaan udang galah secara nasional dapat mencapai 150.000 hektar (ha). Catatan saja, saat ini luas areal pembudidayaan udang galah hanya mencapai 625 ha. Slamet Soebjakto, Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan Budidaya KKP, mengatakan, salah satu langkah untuk mengerek produksi udang galah tersebut dengan sistem tumpang sari di lahan persawahan, atau yang sering disebut dengan Ugadi (udang galah dan padi). "Keuntungan yang diterima pembudidaya menjadi berlipat," kata Slamet, Rabu (23/7). Dengan sistem tumpang sari tersebut, pendapatan yang dapat diterima pembudidaya dapat mencapai Rp 100 juta per ha. Perinciannya, sekitar Rp 65 juta didapat dari penjualan udang, dan sekitar Rp 35 juta berasal dari panen padi. Masa panen udang sendiri hanya sekitar tiga bulan. Dalam 1 ha lahan sawah, produksi udang galah dalam sekali panen dapat mencapai 1,2 ton-1,5 ton. Sementara itu, untuk produksi padinya sendiri sebesar 6,6 ton. Produksi padi dengan sistem tumpang sari tersebut lebih tinggi, bila dibandingkan dengan pola penanaman biasa yang ganya menghasilkan sekitar 6,5 ton. Seperti jenis udang yang lain seperti vaname dan windu, harga udang galah juga berkompetitif. Dengan ukuran 30-50 (1kg berisi 30 ekor-50 ekor) saat ini dihargai sekitar Rp 70.000-Rp 80.000. Pemasarannyapun tidak sulit, salah satunya adalah restoran atau rumah makan. Untuk membudidayakan udang galah dilahan persawahan modal yang dibutuhkan sekitar Rp 5 juta per ha-Rp 10 juta per ha. Biaya tersebut digunakan untuk pengolahan lahan dan pembelian benih padi dan bibit udang. KKP sendiri berupaya untuk membuat lahan percontohan pembudidayaan udang galah di lahan pertanian. Tahun ini target pelaksanaan Ugadi dilakukan di empat tempat seperti Sleman Yogyakarta, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) kabupaten lombok tengah dan lombok timur. Dibandingkan jenis udang yang lain, produksi udang galah masih minim. KKP sendiri memproyeksikan produksi udang galah sebanyak 20.000 ton-30.000 ton. Selama ini produsen utama udang galah ini antara lain Banjar Negara, Klaten dan Seleman. Tri Yanto, Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan Mina Muda desa Candi Binangun, kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta mengatakan, budidaya padi dengan udang galah tersebut lebih ramah lingkungan. "Pupuk yang digunakan alami, tanpa bahan kimia," ujar Tri. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Produksi udang galah terus digenjot
YOGYAKARTA. Produksi udang galah terus di genjot. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan luas areal pembudidayaan udang galah secara nasional dapat mencapai 150.000 hektar (ha). Catatan saja, saat ini luas areal pembudidayaan udang galah hanya mencapai 625 ha. Slamet Soebjakto, Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan Budidaya KKP, mengatakan, salah satu langkah untuk mengerek produksi udang galah tersebut dengan sistem tumpang sari di lahan persawahan, atau yang sering disebut dengan Ugadi (udang galah dan padi). "Keuntungan yang diterima pembudidaya menjadi berlipat," kata Slamet, Rabu (23/7). Dengan sistem tumpang sari tersebut, pendapatan yang dapat diterima pembudidaya dapat mencapai Rp 100 juta per ha. Perinciannya, sekitar Rp 65 juta didapat dari penjualan udang, dan sekitar Rp 35 juta berasal dari panen padi. Masa panen udang sendiri hanya sekitar tiga bulan. Dalam 1 ha lahan sawah, produksi udang galah dalam sekali panen dapat mencapai 1,2 ton-1,5 ton. Sementara itu, untuk produksi padinya sendiri sebesar 6,6 ton. Produksi padi dengan sistem tumpang sari tersebut lebih tinggi, bila dibandingkan dengan pola penanaman biasa yang ganya menghasilkan sekitar 6,5 ton. Seperti jenis udang yang lain seperti vaname dan windu, harga udang galah juga berkompetitif. Dengan ukuran 30-50 (1kg berisi 30 ekor-50 ekor) saat ini dihargai sekitar Rp 70.000-Rp 80.000. Pemasarannyapun tidak sulit, salah satunya adalah restoran atau rumah makan. Untuk membudidayakan udang galah dilahan persawahan modal yang dibutuhkan sekitar Rp 5 juta per ha-Rp 10 juta per ha. Biaya tersebut digunakan untuk pengolahan lahan dan pembelian benih padi dan bibit udang. KKP sendiri berupaya untuk membuat lahan percontohan pembudidayaan udang galah di lahan pertanian. Tahun ini target pelaksanaan Ugadi dilakukan di empat tempat seperti Sleman Yogyakarta, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) kabupaten lombok tengah dan lombok timur. Dibandingkan jenis udang yang lain, produksi udang galah masih minim. KKP sendiri memproyeksikan produksi udang galah sebanyak 20.000 ton-30.000 ton. Selama ini produsen utama udang galah ini antara lain Banjar Negara, Klaten dan Seleman. Tri Yanto, Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan Mina Muda desa Candi Binangun, kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta mengatakan, budidaya padi dengan udang galah tersebut lebih ramah lingkungan. "Pupuk yang digunakan alami, tanpa bahan kimia," ujar Tri. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News