Produksi vanili tahun ini diprediksi naik 30%



JAKARTA. Produksi vanili diprediksi bakal meningkat hingga 30% pada tahun ini. Musim kemarau panjang yang melanda sebagian besar wilayah Jawa mengakibatkan hasil panenan menjadi meningkat. Sebab, pada musim kemarau, proses penyerbukan yang dilakukan menjadi lebih mudah, jika dibandingkan pada saat musim penghujan. Agus Ramada Setiadi, pemilik PT. Villa Domba Niaga Indonesia, memprediksi, produksi vanili tahun 2011 mencapai 7,8 ton dari tahun sebelumnya sebanyak 6 ton.Suhirman, Ketua Umum Dewan Rempah, menambahkan, Jika pada 2010 produksi nasional mencapai 3.200 ton per tahun, pada 2011 naik 6,25% menjadi 3.400 ton per tahunnya. Dari kapasitas tersebut, 80% pemasarannya untuk ekspor ke Amerika dan Eropa. Dengan 4 hektare (ha) lahan vanili yang dimiliki, Agus mampu memanen hingga 24 ton vanili dalam kondisi basah setiap tahunnya. Sebagai catatan, setiap satu tanaman, dapat dihasilkan vanili basah sebanyak 2 kg. Idealnya 1 ha lahan, ditanami sebanyak 3.000 pohon vanili. Harga jual stabilHarga vanili di pasaran juga cukup stabil. Harga vanila kering dijual seharga US$ 50 per kilogram (kg). Jika dalam kondisi basah vanili dihargai Rp 20.000-Rp 25.000 per kg, vanili kering harganya bisa enam kali lipatnya.Beberapa daerah penghasil vanili terbanyak antara lain adalah Sulawesi Utara, NTTN, Sulawesi Selatan, serta sebagian Jawa, Bali dan Sumatera. "20% dihasilkan di wilayah Sulawesi Utara," kata Suhirman. Agus menuturkan, produk vanili Indonesia yang di ekspor masih berbentuk polong kering. Aroma vanili banyak digunakan dalam industri makanan, minuman, farmasi dan kosmetika. Adapun negara-negara tujuan dari pemasaran vanili PT. Villa Domba Niaga Indonesia adalah Amerika, Jerman, Prancis, Belanda Jepang Malaysia dan Australia. Ada tiga varian vanili yang menjadi andalan petani untuk dibudidayakan dan mengambil buahnya. Ketiga varietas vanili ini adalah planifolia, pompona, dan black tahiti. Petani Indonesia dan Madagaskar lebih banyak membudidayakan varietas vanili planifolia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini