Produktivitas jagung rendah pengaruhi pasokan dan harga



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga jagung yang makin tinggi menjadi indikasi adanya masalah dalam sisi produksi. Bila ditarik, salah satu penyebabnya adalah pengadaan benih jagung yang hasil produksinya tidak sesuai janji.

Tony J. Kristianto Ketua Dewan Jagung Nasional menyampaikan pengadaan benih jagung yang diberikan pemerintah merupakan kualitas rendah dan dalam jumlah massif. "Sehingga benih bagus tersingkir dari pasar sehingga produsen benih bagus mengurangi produksi," kata Tony, Rabu (10/10).

Apalagi, benih yang dibagikan pemerintah disebut bisa menghasilkan panen sebesar 8 ton per hektar, namun kenyataannya bila menghasilkan 3 ton per ha sudah disyukuri oleh petani. Kemudian pembagian benih adalah 15 kg per ha, padahal menurut Tony sebaiknya adalah 17 kg per ha.


Benih yang dibagikan pemerintah ini memang murah di harga Rp 40.000 - Rp 45.000 per kilogram. Beda jauh dengan benih premium dari produsen swasta yang bisa mencapai Rp 75.000 per kg, namun bisa menghasilkan lebih dari 10 ton per ha.

Tapi petani tetap memilih benih dari pemerintah karena murah tersebut. Namun pasokan jadi terpengaruh.

Hal tersebut akhirnya tercermin pada harga jagung yang sudah merangkak ke Rp 5.000-an per kg, bila harga naik lagi maka peternak dan industri pakan bisa undur beli. "Kalau sudah Rp 5.500 per kg peternak pasti akan stop beli," kata dia.

Asal tahu menurut data yang dibagikan Kementerian Pertanian (Kemtan) baru-baru ini, penyediaan benih jagung tahun 2018 dialokasikan mencapai 42.053 ton untuk lahan seluas 2,8 juta ha.

Adapun Kemtan meramal produksi jagung tahun ini bisa mencapai 30,06 juta ton. Kemudian, panen jagung dari awal tahun hingga Agustus diklaim telah mencapai 22,23 juta ton dengan ekspor sebesar 261.763 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto