Produsen barang konsumsi bisa mulai petik untung menjelang Lebaran



JAKARTA. Para produsen barang konsumsi harian alias fast-moving consumer goods (FMCG) bakal memanen untung berlipat saat bulan puasa nanti. Hal ini didasarkan pada tren peningkatan penjualan FMCG pada bulan puasa beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data Nielsen, nilai penjualan FMCG pada bulan puasa tahun 2008 masih sebesar Rp 19,89 miliar.

Pada bulan puasa tahun 2009, nilai penjualan FMCG kemudian naik 7,7% menjadi sebesar Rp 21,44 miliar. Di bulan puasa tahun lalu, nilai ini melonjak lebih tinggi yaitu 9,2% menjadi Rp 23,41 miliar. Melihat tren seperti itu, Executive Director of Client Leadership Nielsen Indonesia, Venu Madhav meyakini penjualan FMCG di bulan puasa tahun ini pun bakal meningkat. Ia belum bisa membeberkan prediksi konkretnya. Tapi kemungkinan besar bakal lebih tinggi dari peningkatan penjualan tahun 2010. "Bisa mencapai double-digit," ujar Venu pada jumpa wartawan, di Jakarta, Selasa (19/7).

Venu bilang, barang konsumsi yang paling tinggi penjualannya pada bulan puasa di antaranya biskuit aneka jenis (assorted biscuit). Pada puasa tahun lalu, penjualan biskuit 11 kali lebih tinggi ketimbang bulan-bulan normal. Masyarakat banyak membeli ini terutama untuk keperluan buka puasa dan souvenir saat bersilaturahmi dengan sanak saudara.


Barang lain yang meningkat cukup tinggi adalah ikan dan daging olahan. Pada tahun lalu, penjualan produk ini meningkat 119% dibandingkan bulan-bulan normal. Masyarakat memang membutuhkan itu lebih banyak karena lebih praktis dan cepat disajikan. "Biasanya untuk keperluan makan sahur," jelas Venu.

Kata Venu, peningkatan penjualan FMCG kebanyakan didorong oleh naiknya belanja konsumen dari kalangan menengah dan bawah. Pada saat puasa, dua kelas ekonomi ini memang lebih banyak membeli barang konsumsi harian ketimbang barang-barang non FMCG. Ini terlihat dari peningkatan belanja kelas menengah yang naik 16% dan kelas bawah yang naik 30% guna membeli barang FMCG. "Kalangan atas lebih memilih mengalokasikan dananya untuk pakaian dan peralatan rumah tangga," imbuh Venu.

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Adhi S. Lukman membenarkan hasil riset Nielsen. Menurutnya, para produsen makanan dan minuman memang sudah mengantisipasi lonjakan permintaan saat puasa. Caranya, para produsen sudah meningkatkan produksinya hingga 50% dari bulan-bulan biasanya.

Kata Adhi, peningkatan produksi pada puasa tahun ini relatif mudah dilakukan. Pasalnya, pasokan bahan baku seperti terigu dan gula sedang bagus. Walhasil, para produsen makanan dan minuman bisa dengan leluasa memacu produksinya.

Para produsen juga sudah berusaha memperkuat jalur distribusi produknya. Misalnya, mereka menambah saluran distribusi di beberapa daerah. Para distributor daerah juga didorong untuk menambah persediaan cadangannya (buffer stock). "Saya yakin pasokan makanan dan minuman puasa hingga Lebaran nanti bakal aman," tandas Adhi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: