Produsen batubara masih gemar ekspor



JAKARTA. Realisasi produksi batubara dari tahun 2008 hingga 2012 sudah mencapai 1 miliar ton. Sayangnya, dari total produksi tersebut, rata-rata per tahun sekitar 75%-79% untuk kebutuhan ekspor.

Rata-rata realisasi produksi batubara per tahun berkisar 177 juta ton sampai 230 juta ton. Sementara, ekspornya rata-rata berkisar 133 juta ton sampai 174 juta ton.

Kasubdit Pengawasan Usaha Operasi Produksi dan Pemasaran Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gultom Guska membenarkan, sekitar 75% dari produksi batubara perusahaan batubara Indonesia memang masih diekspor ke luar negeri. "Sedangkan sisa 25% dijual pada pasar dalam negeri," ungkap dia kepada KONTAN, Senin (10/6).

Menurut Gultom, hal ini masih wajar karena Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) memang menargetkan penerimaan negara dari batubara. Di lain sisi, kata Gultom, permintaan batubara dalam negeri masih rendah. Saat ini, kebutuhan batubara dalam negeri alias Domestic Market Obligation (DMO) masih sebesar 20% dari total produksi batubara nasional.

Namun, kata Gultom, jika kebutuhan batubara dalam negeri meningkat, khususnya untuk kebutuhan pembangkit listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebesar 100 juta ton pada tahun 2017 mendatang, ada kewajiban bagi perusahan batubara untuk memastikan pemenuhan kebutuhan dalam negeri sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB).

Sekretaris Perusahan PT Bumi Resources Tbk, Dileep Srivastava mengatakan, perusahaan menargetkan produksi batubara sebesar 19 juta ton pada kuartal II-2013. Ia berharap, volume produksi BUMI di kuartal II tahun 2013 ini meningkat 15% jika dibandingkan dengan volume produksi pada kuartal II-2012 yang sebesar 16 juta ton.

Dari volume produksi sebesar itu, kata Dileep, sekitar 80% akan diekspor ke luar negeri, sementara 20% sisanya akan dijual untuk memenuhi kebutuhan batubara domestik. Dengan benchmark harga batubara berkualitas di pasar Jepang US$ 95 per ton, kata Dileep, harga penjualan batubara produksi BUMI sebesar US$ 70 per ton.

Sementara, Sekretaris Perusahan APTK Resources, Andreas Andy mengatakan, dari target volume produksi perusahaan sebanyak 375.000 ton pada kuartal II tahun 2013 ini, seluruhnya dijual ke India.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini