Produsen bijih besi Australia tanam US$ 5,4 miliar



PILBARA. Georgina Rinehart, salah satu wanita paling tajir di dunia, siap mengembangkan bisnis bijih besi di tambang Roy Hill, Australia. Hancock Prospecting Pty, perusahaan tambang milik Rinehart, telah menunjuk Samsung C&T Corporation, perusahaan kontraktor terbesar kedua di Korea Selatan, menggarap sejumlah proyek infrastruktur di tambang Roy Hill.

Di tambang milik Hancock Prospecting ini, Samsung C&T akan membangun sedikitnya tiga proyek, yaitu jalur kereta api, pabrik bijih besi dan pelabuhan. Nilai ketiga proyek itu mencapai A$ 5,6 miliar atau setara US$ 5,4 miliar.

Proyek Roy Hill berjarak 340 km dari Port Hedland, terminal bijih besi terbesar di dunia. Nantinya, infrastruktur di tambang Roy Hill bakal sejajar dan terhubung dengan dua jalur kereta api lain.


UBS AG menilai, sejatinya Rinehart bisa membangun jalur kereta api itu dengan menggandeng rival di bisnis bijih besi, yakni miliarder Andrew Forrest, yang menduduki peringkat ke-35 orang terkaya di dunia. Forrest memang tengah mencari pendanaan untuk mendukung proyek bijih besinya.

Rinehart dinilai cukup berani menggarap proyek infrastruktur tambang bijih besi sendirian. Di saat yang sama, biaya yang harus mengalir ke proyek tersebut sedang tinggi-tingginya. Sementara, harga bijih besi terbilang rendah lantaran suplai di pasar global  berlimpah. "Dia mengambil risiko cukup besar dari sisi modal dan prospek  ke depan," ungkap Tom Price, analis komoditas UBS AG yang berbasis di Sydney, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (5/6).

Di proyek Roy Hill yang senilai A$ 10 miliar, Hancock Prospecting menguasai kepemilikan 70%. Tambang bijih besi ini diperkirakan bisa mengangkut 55 juta metrik ton per tahun mulai 2015. Mitra bisnis Hancock Prospecting di proyek Roy Hill adalah Posco, produsen baja asal Koera Selatan dan Marubeni Corporation asal Jepang.

Saat ini, Hancock tengah bernegosiasi dengan sejumlah bank komersial dan lembaga kredit ekspor untuk mendanai proyek Roy Hill senilai A$ 7 miliar. Hancock diperkirakan akan menyepakati pinjaman tersebut pada pertengahan tahun ini dan prosesnya akan rampung pada akhir 2013.

Saat ini harga bijih besi anjlok 27% dari harga tertingginya pada 20 Februari 2013, di level US$ 158,90 per ton.

Editor: Sandy Baskoro