Produsen biodiesel siap genjot produksi



JAKARTA. Pelaku industri sawit dalam negeri menyambut baik kebijakan pemerintah yang menaikkan penggunaan bahan bakar nabati (BBN) atau biofuel khususnya jenis biodiesel sampai 10% hingga akhir tahun ini.

Mereka berharap, kebijakan itu bisa mengompensasi potensi hilangnya pasar ekspor minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) akibat gencarnya kampanye anti sawit di pasar internasional, khususnya Eropa.

Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Sawit Nabati Indonesia (GIMNI) bilang, dengan mandatory BBN tersebut, maka dalam jangka panjang minyak sawit Indonesia tidak akan terpengaruh oleh isu-isu negatif yang dilayangkan oleh negara-negara konsumen, seperti Uni Eropa.


Selama ini, kata Sahat,  sebagian besar produksi biodiesel dalam negeri diekspor ke beberapa negara, seperti Jepang, Korea dan Uni Eropa. Volume ekspor rata-rata sebanyak 1,5 juta kl setiap tahun.

Adapun total ekspor CPO Indonesia berikut produk turunnya tahun lalu mencapai 20,7 juta ton. Bila mandatory BBN sudah berjalan efektif, dia memperkirakan volume ekspor diperkirakan turun menjadi sekitar 19 juta ton.

Menciutnya ekspor lantaran terjadi peningkatan penyerapan biodiesel dalam negeri. GIMNI memperkirakan, bila mandatory BBN berlaku efektif Oktober ini, maka pasar domestik bakal menyerap hingga 1,2 juta kilo liter (kl) biodiesel. Jumlah itu meningkat 79% dibandingkan tahun lalu sebanyak 669.000 kl.

Utilisasi pabrik biodiesel juga turut meningkat hingga mencapai 75% dari kapasitas terpasang 5 juta kl. "Utilisasi pabrik biodiesel saat ini baru 40% dari kapasitas terpasang," kata Sahat, Senin (30/9).

Derom Bangun, Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) menambahkan, penyerapan biodiesel di pasar dalam negeri hingga bulan Juni lalu sudah mencapai 400.000 kl. Sampai September diperkirakan mencapai 600.000 kl. Catatan saja, 1 ton setara dengan 1,15 kl.

Kendati mandatory BBN menjadi kabar baik bagi industri hilir CPO, produksi CPO tahun ini diproyeksi kurang memuaskan. Derom mengatakan, curah hujan yang tinggi sejak awal hingga pertengahan tahun ini turut mempengaruhi kinerja produksi perkebunan sawit.

Berdasarkan perhitungan DMSI, tahun ini produksi CPO dalam negeri bakal meleset dari target awal sebanyak 28 juta ton. Produksi CPO sampai akhir tahun diprediksi 26,7 juta ton-27 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri